MIMIKA Sport Center, stadion kebanggaan Mimika yang dibangun PT Freeport Indonesia, jadi saksi bagaimana 30 talenta Papua kelahiran Tahun 2009 dan 2010, bertumbuh dan mengasah bakatnya bermain sepak bola lewat Papua Football Academy.
Akademi ini didirikan PT Freeport Indonesia dan diresmikan Presiden Joko Widodo pada 31 Agustus 2022 lalu. Para pemain PFA didapatkan dari hasil pencarian bakat di tiga kota di Papua. Timika, Merauke dan Jayapura. Dari 477, terpilih 30 orang anak. Selama pelatihan, pemain tidak dibebankan biaya atau gratis. Mulai dari tempat tinggal berupa asrama hingga perlengkapan yang dipakai.
Delapan bulan berjalan, akademi yang dipimpin Wolfgang Pikal sebagai direktur itu telah menjalani pelatihan bahkan setidaknya 29 laga uji coba di Timika maupun luar Papua. Elit pro academy di Yogyakarta, Batu-Malang, Mojokerto dan Bandung. Serta SSB lokal di Timika.
Seperti yang dilakoni dalam laga friendly match pada Sabtu (25/3/2023). Bermain melawan SSB Timika Putra yang secara usia lebih di atas, Papua Footbal Academy (PFA) yang dibagi dalam dua tim, Tim A dan Tim B yang bermain masing-masing 60 menit mampu memenangkan pertandingan. Tim A, PFA Cenderawasih yang unggul dengan skor 2-1. Gol tercipta dari kaki Samuel Cundrad Moses Susim dan Yulius Pigay. Satu-satunya gol yang dibawa pulang tim tamu SSB Timika Putra didapatkan dari penalti.
Tim B atau PFA Noken bahkan menang telak dengan hasil akhir 5-0 atas SSB Timika Putra. Chorino Jimmy Dimara pemain asal Jayapura dua kali membobol gawang lawan. Tiga gol lain dicetak Valentino Santo Wagiu, Romero Aprilian dan Alfons Rizal Saman.
Hasil pertandingan tidak terlalu memuaskan para pelatih. Tapi dari sisi mental, teknik dan taktik serta fisik terus mengalami peningkatan. Penguasaan bola atau possession, pass, bergerak cepat, support dan proaktif sebagai seni sepak bola ditunjukkan para pemain. Passing to pass hingga finishing mencetak gol demi memenangkan pertandingan. Organisasi defending agar tidak kebobolan sebagaimana arahan dari para pelatih dikerjakan secara baik oleh pemain di lapangan hijau.
Pemain Papua Football Academy bermain melawan SSB Timika Putra dalam laga uji coba pada Sabtu (25/3/2023) di Stadion Mimika Sport Center.
Mental, teknik dan taktik bermain sepak bola didapatkan pemain dari para pelatih yang sudah berpengalaman. Ada Wolfgang Pikal, yang pernah menjadi asisten pelatih ternama, Alfred Riedl di Piala AFF 2010 juga pernah melatih klub besar di Indonesia. Kemudian, Ardiles Rumbiak sebagai Pelatih Kepala, mantan pemain Persipura yang memiliki lisensi B PSSI Diploma.
Asisten Pelatih, Melky Papare dan Ardus Kelly Pepuho pemegang lisensi B PSSI Diploma. Keduanya juga aktif dalam pengembangan dan pembinaan sepak bola usia dini. Kiper dilatih oleh Moh. Irsadul Anam yang berlisensi C PSSI Diploma. Pelatih fisik, Hugi Oceano. Fisioterapis, Yohanes Sandang yang merupakan lulusan profesi fisioterapi Universitas Hasanuddin Makassar. Video Analis, Nuryatin Phaksy dan pembinaan dari Kepala Asrama, Frengky Kabey, mantan pemain Persidafon Dafonsoro.
PFA menekankan gaya bermain penguasaan bola untuk progresif mencetak gol. Metode latihan menggunakan filosofi filanesia. Filosofi yang disesuaikan dengan karakteristik sepak bola Indonesia. Filosofi ini menjadikan outcome sebagai target akhir untuk menghasilkan pemain profesional.
Dipadukan prinsip sepak bola Jerman dan Austria, asal dan darah turunan sang direktur, Wolfgang Pikal. Prinsip ini lebih ke sikap. Dari segi bakat, teknik bahkan speed pemain Papua sudah bagus tapi disiplin belum. Untuk melahirkan atlet top, maka teknik dan taktik harus diimbangi dengan disiplin seperti disiplin makan, tidur dan lainnya.
Secara perlahan, PFA mengikuti volume dan kuantitas latihan akademi sepak bola di Eropa. Ini diklaim pertama di Indonesia. Sekarang ini seminggu dijadwalkan 12 jam latihan. Akan ditambah lagi jadi 16 jam per minggu mulai Juli 2023. Ditarget pada September 2023 ditambah lagi jadi 20 jam per minggu. Penyesuaian dilakukan perlahan untuk menghindari cedera pada anak karena beban latihan yang tidak biasa.
Latihan dilakukan setiap hari Senin-Sabtu. Mulai jam 08.00-10.00 WIT. Siang, istrahat makan siang. Sore pukul 15.00 WIT lanjut sekolah akademik. Malam hari diisi dengan teori analisis dan evaluasi perkembangan individu pemain. Ini sesuai pembinaan sepak bola usia dini yang melihat teknik, taktik dan mental individu. Karena sebuah tim akan lebih baik jika sukses secara individu.
Disibukkan dengan jadwal latihan padat, tak membuat para pemain ketinggalan secara akademik. PFA bekerjasama dengan Sentra Pendidikan untuk menjalani sekolah formal. Ditambahkan kursus keterampilan untuk meningkatkan kemampuan literasi, keahlian komputer, dan pemahaman budaya Indonesia.
Akademi yang dibiayai sepenuhnya oleh Freeport ini juga memberikan pendidikan karakter untuk merubah mindset anak-anak Papua yang selalu dipandang kasar, tidak disiplin, respek dan attitude. Ini diyakini menjadi kunci utama pemain Papua bisa menembus liga Indonesia bahkan luar negeri.
Wolfgang Pikal yang pernah berdiskusi dengan Direktur Bayern Munchen Academy menyebut lifestyle atau gaya hidup sama penting dengan bakat. Bakat di Papua sangat bagus tapi gaya hidup sangat kurang dan menjadi penghambat karir. Maka selama di akademi, anak dididik untuk berlaku sopan, ketika berbicara harus menatap mata lawan bicara. Menjaga kebersihan lingkungan dan utamanya kebersihan badan agar tidak bau ketek. Bahkan sikat gigi dan potong kuku menjadi bagian dari pembinaan.
Dalam mendidikan dan melatih pemain, PFA menerapkan FIFA Safeguarding Child, perlindungan terhadap anak dan itu sesuai regulasi FIFA. Jajaran pelatih membina tidak menggunakan kekerasan tapi memanggil dan bicara dari hati ke hati. Tidak ditegur di depan orang banyak yang bisa membuat anak down. Akademi juga memberlakukan beberapa aturan salah satunya pemakaian telepon genggam yang hanya bisa dilakukan pada akhir pekan. Ini dilakukan karena pemakaian HP sangat mempengaruhi memori anak.
Pola pendidikan ini tidak sebatas hanya untuk melahirkan pemain sepak bola profesional tapi PFA juga berupaya melahirkan generasi Papua menjadi manusia sukses dalam komunitasnya dengan berbagai disiplin ilmu.
Masa pendidikan dan pelatihan di PFA dilakukan selama dua tahun. Selanjutnya pemain diarahkan memasuki kompetisi elite academy. Beberapa elit pro academy di Indonesia bahkan sudah tertarik dengan pemain PFA. Tapi Wolfgang Pikal nampaknya akan selektif mengingat ada elite pri di Liga 1 tidak semuanya serius. Ada yang hanya sewa satu SSB tapi setelah kompetisi dikembalikan. Namun ada juga yang serius menjalankan program.
Sukses tidaknya PFA belum bisa dilihat sekarang. Waktu dua tahun untuk menilai perkembangan anak usia dini sangatlah sedikit. Nothing kata Wolfgang. Butuh waktu 8-10 tahun. Pemain muda Eropa bahkan juga membutuhkan waktu selama itu untuk bisa mencapai level top. Tapi, ketika ada beberapa yang langsung bergabung dengan elite pro academy merupakan pencapaian yang luar biasa dari akademi sepak bola anak usia dini.
PFA berencana kembali melakukan pencarian bakat untuk tahap kedua. Diharapkan lebih banyak peminat. Tidak seperti pada tahap pertama yang ikut serta sangat sedikit. Bahkan yang memenuhi kriteria kelompok umur hanya 25 persen. Pada tahap kedua ini syaratnya adalah untuk kelahiran Tahun 2010.(*)
Sumber: Pojok Papua Read More