TIMIKA – Pada Tahun 2019, Kabupaten Mimika menjadi salah satu dari tiga kabupaten di Papua yang menjadi prioritas penurunan stunting . Dua kabupaten lain yaitu Merauke dan Asmat. Pada Tahun 2018, angka stunting di Mimika masih 30 persen namun saat ini sudah turun di angka 8 persen.
Pemda menargetkan Mimika bebas stunting pada Tahun 2024 mendatang. Untuk mencapai target tersebut maka Pemda melalui Dinas Kesehatan dan OPD terkait, PTFI hingga pemerintah di tingkat kampung serta PKK menyatakan komitmen bersama.
Komitmen itu dinyatakan pada rembuk konvergensi percepatan penurunan stunting di Mimika, Kamis (11/8/2022) di Hotel Horison Diana Timika yang dirangkaikan dengan pemberian vitamin A pada anak usia 6-59 bulan serta pemberian tablet penambah darah bagi remaja putri.
Kepala Dinas Kesehatan Mimika, Reynold Ubra mengungkapkan beberapa strategi yang akan dilakukan untuk percepatan penurunan stunting. Salah satunya pemberian vit A sebagai zat gizi yang penting bagi manusia, namun tidak dapat dibuat oleh tubuh sehingga harus dipenuhi dari luar. Vit A bermanfaat untuk meningkatkan daya tahan tubuh sehingga anak bisa lebih kebal dan apabila terkena diare, campak atau penyakit infeksi lain tidak mudah menjadi parah sehingga tidak membahayakan jiwa anak.
Kemudian pemberian tablet penambah darah bagi remaja putri untuk mencegah terjadinya anemia. Remaja putri rentan mengalami anemia karena menstruasi, kurang asupan zat besi dan protein makanan sehari-hari dan sering melakukan diet keliru.
Untuk mencegah itu maka diperlukan asupan yang mengandung zat besi dan protein untuk meningkatkan pembentukan hemoglobin serta mengkonsumsi tablet tambah darah satu tablet setiap minggu atau 52 tablet dalam setahun.
Terjadinya stunting pada anak dijelaskan Reynold, berkaitan erat dengan remaja putri yang mengalami anemia yang berpeluang menderita anemua pada saat hamil. Bahkan kondisi akan semakin buruk saat hamul karena dibutuhkan gizi yang lebih banyak. Jika tidak ditangani maka akan berisiko terjadinya pendarahan saat persalinan bayi berat badan lahir rendah dan akhirnya melahirkan bayi stunting.
Reynold mengatakan, untuk mengetahui kondisi stunting di Mimika maka cakupan penimbangan bayi balita harus ditingkatkan. Sejak Januari – Juli 2022, bayi balita yang ditimbang sebanyak 13.508 dari total bayi sekitar 30-35 ribu. Dinkes menargetkan, penimbangan mencapai angka 25 ribu bayi balita.
Untuk mencapai itu maka, Dinkes akan bekerjasama dengan lintas sektor termasuk PKK lewat kader Posyandy, pemerintah kampung, kelurahan dan Puskesmas. Pihak ini akan berkolaborasi secara aktif lewat Posyandu dan mencari dari rumah ke rumah.
Wilayah cakupan intervensi untuk percepatan penurunan stunting juga diperluas. Tahun 2020 hanya 4 kampung, tahun 2021 ada 6 kelurahan/kampung yang menjadi lokus baru. Kemudian Tahun 2022, ada 50 kelurahan/kampung menjadi lokus baru. Dimana wilayah ini memiliki angka stunting di atas 14 persen.
Intervensi akan dilakukan tidak hanya berfokus pada bayi balita tapi mengamai akses air bersih, kondisi lingkungan, ketersediaan pangan lokal dan juga perilaku masyarakat. “Intervensi pasti jadi berbeda. Kita akan memulai dengan melihat jumlah keluarga miskin di situ, datanya ada di Dukcapil dan Dinsos. Sasaran berikutnya melihat bayi balita dan ibu hamil untuk memulai 1000 hari pertama kehidupan (HPK),” ujar Reynold.(*)
Sumber: Pojok Papua Read More