TIMIKA, pojokpapua.id – Setiap tanggal 13 Januari, Gereja Kemah Injil (KINGMI) di Tanah Papua memperingati hari Pekabaran Injil masuk ke pedalaman Papua. Ibadah digelar serentak di 14 koordinator salah satunya Koordinator Amungsa yang dipusatkan di Gereja Mile 32.
Ribuan umat dari sejumlah klasis dan jemaat di wilayah Koordinator Amungsa menghadiri dan mengikuti ibadah yang dipimpin oleh Ketua Departemen Penginjilan Sinode Gereja KINGMI di Tanah Papua, Pdt Yairus Elopore. Turut hadir Staf Ahli Pemkab Mimika, Eddy Santoso, para pendeta Gereja KINGMI salah satunya pendeta senior Pdt Yosia Tebai.
Ibadah hari ulang tahun Injil Masuk Pedalaman Papua ke-84 kali ini mengusung tema ‘Ya Aku Datang Segera, Pergi dan Beritakan Injil’.
Ibadah diawali dengan penyerahan obor atau lilin dari Pdt Yosia Tebai kepada beberapa perwakilan pendeta sebagai simbol penyebaran injil. “Injil adalah perkataan Yesus sendiri. Kalau kita terima Injil, kita terima Yesus. Tugas kita bersaksi tentang injil,” ujar Pdt Yosia saat menyerahkan obor.
1. Pdt Yosia Tebai menyerahkan lilin kepada para pendeta KINGMI sebagai simbol penyebaran Injil.
Ketua Departemen Penginjilan Sinode Gereja KINGMI di Tanah Papua, Pdt Yairus Elopore pada HUT Injil Masuk Pedalaman Papua ke-84 kali ini menyampaikan beberapa pesan. Ia mengungkapkan usia penginjilan ke pedalaman sudah memasuki usia ke-84. Ia pun mengajak umat untuk mengenang karya para perintis Injil yang sudah bertarung mengabarkan Injil melewati lembah, bukit, gunung, menyeberangi sungai, danau dan menapaki perjalanan sungi dalam berkelana mengguncangkan dunia, menaklukkan segala bentuk kejahatan, memerangi dunia dengan terang Injil Tuhan dan mengusir serta mengusik kabut kegelapan yang menyelubungi bumi Papua.
Sekarang ini kata dia, arus globalisasi menggiring gereja dan masyarakat untuk dapat bersikap lebih bijaksana dan berhikmat dengan dasar iman dan fokus perhatian pada Yesus Kristus. “Kuasa Injil harus dihidupkan kembali dalam karya pastoral, kenabian, imamat, rajani dalam rangka meluruskan dan meneguhkan kehadiran kuasa Tuhan dalam Gereja dan masyarakat melalui pelayanan diakonia, marturia dan persekutuan dengan memperhatikan secara seksama tentang kebutuhan dan masalah warga jemaat,” ujar Pdt Yairus.
Untuk itu ia mengajak seluruh umat untuk mempertahankan keutuhan Gereja KINGMI. “Kita sebagai Gereja tetap bersatu. Sinode kita satu. Meskipun pemerintah membagi atau memekarkan provinsi Papua menjadi beberapa, tapi kita adalah satu kesatuan. Injil yang menyatukan kita dalam satu keluarga Sinode Gereja KINGMI di Tanah Papua,” tegas Pdt Yairus.
Ia juga menambahkan, sejalan dengan penyebaran Injil, Sinode Gereja KINGMI di Tanah Papua pada Tahun 2022 telah terdaftar sebagai Gereja Nasional dari Kementerian Agama Republik Indonesia. Sehingga Gereja KINGMI bisa membuka atau mendirikan jemaat di provinsi lain di Indonesia bahkan luar negeri. Mengingat banyak mahasiswa yang dapat digembalakan di berbagai kota studi baik dalam maupun luar negeri.
2. Umat KINGMI memadati ruang serbaguna Gereja Mile 32 untuk mengikuti Ibadah Syukur Hari Ulang Tahun Injil Masuk Pedalaman Papua ke-84.
Pada momen HUT Pekabaran Injil ke Pedalaman Papua ini, Pdt Yairus juga mengajak umat untuk terus mendukung dan mendoakan dua tokoh Papua yang juga kader Gereja KINGMI yakni Gubernur Papua, Lukas Enembe dan Bupati Mimika, Eltinus Omaleng yang sedang menjalani proses hukum. Ia berharap keduanya diberi kesehatan dan proses hukum bisa secepatnya diselesaikan.
“Kami gereja imbau, ini pertahanan salib. Kami mengaku bahwa ini pertananan salib, jadi pemerintah harus memberikan ruang, ada kebebasan untuk Bapak Eltinus Omaleng dan Gubernur Lukas Enembe,” tutupnya.
//Sejarah Singkat Injil Masuk Pedalaman Papua
Masuknya Injil ke Pedalaman Papua dibawa oleh dua misionaris yaitu Walter Post dan Russell Deibler. Keduanya masuk melalui muara Kali Uta dan menginjakkan kakinya di Enarotali pada 13 Januari 1939. Enarotali dijadikan pusat pelayanan.
Pada Tahun 1948, kedua misionaris ini membuka sekolah Alkitab di Enarotali untuk mengkaderkan misionaris lokal. Angkatan pertama diantaranya Bernadus Pigome, Zeth Yeimo, Matius Tebay, Tomas Adii dan Elisa Gobay yang ditamatkan pada Tahun 1952. Mereka kemudian tersebar ke daerah sekitar Enarotali sampai di Lembah Baliem.(*)
Sumber: Pojok Papua Read More