TIMIKA, pojokpapua.id – Di tengah fenomena perubahan iklim dan pemanasan global yang terjadi saat ini, maka pengendalian emisi gas rumah kaca menjadi sangat mendesak. Sebagai bentuk kontribusi dalam mengendalian emisi karbon, PT Freeport Indonesia sebagai salah satu dunia usaha yang bergerak di bidang pertambangan telah melakukan berbagai langkah dan menargetkan pengurangan emisi karbon sebesar 30 persen di Tahun 2030.
Direktur dan EVP Sustainable Development PT Freeport Indonesia, Claus Wamafma pada kegiatan pameran hari lingkungan hidup yang digelar di halaman Graha Eme Neme Yauware Timika, Jumat (16/6/2023) mengungkapkan proses pengurangan emisi karbon ini sudah dan sedang dilakukan oleh Freeport Indonesia.
“Sekarang dalam proses tapi kita punya rencana itu secara corporate di Tahun 2030 tapi kita mungkin akan lebih cepat ketika konversi dari energy fuel yang sekarang dari batu bara kita akan konversi ke gas bisa lebih cepat,” ujarnya.
Ia mengungkapkan, dalam operasional perusahaan yang menggunakan fuel sudah dikonversi menggunakan elektrifikasi. Sehingga ini sangat signifikan membantu pengurangan emisi gas. Bahkan jika pembangkit sudah menggunakan gas itu akan lebih cepat. “Kita berharap di Tahun 2024, Tahun 2026 kita sudah bisa selesaikan pekerjaan ini dan bisa lebih cepat,” jelasnya.
Vice President Environmental PT Freeport Indonesia, Gesang Setyadi menambahkan, dalam prakteknya sejauh ini pencapaian pengurangan emisi sampai di tahun 2022 sudah mencapai 26 persen atau sisa 4 persen untuk mencapai target 30 persen.
Ini bisa dicapai karena adanya transisi dari tambang terbuka yang tadinya menggunakan haul truck, sekarang sudah dialihkan ke tambang bawah tanah yang menggunakan kereta api listrik untuk menunjang operasi.
“Kemudian kita juga sudah menggunakan tenaga biodiesel, ke depan kita akan gunakan pembangkit tenaga gas. Kalau kita konversi ke LNG bisa kurangi emisi karbon sampai 62 persen di Tahun 2026 atau 2027,” kata gesang.(*)
Sumber: Pojok Papua Read More
