Warga Nduga Tewas Dimutilasi dan Ditemukan di Timika, Keluarga Tuntut Panglima TNI Bertanggungjawab

Keluarga korban saat melakukan aksi pemalangan di Jalan Poros Mapurjaya, Kilometer 11  Timika (Foto:salampapua.com/Acik)

SALAM PAPUA (TIMIKA)- Empat warga Nduga diketahui hilang dan dua orang di antaranya berhasil ditemukan oleh pihak keluarga dalam Sungai di Kampung Kaugapu dengan kondisi telah dimutilasi, dan setiap potongan tubuh serta kepalanya dikemas dalam enam karung secara terpisah.

Empat warga yang menjadi korban ialah Arnold Lokbere dan Irian Nirigi telah ditemukan pihak keluarga dengan kondisi telah dimutilasi. Sedangkan dua korban lainnya yaitu Lemanion Nirigi dan Atis Tini belum ditemukan.

Atas insiden ini, warga Kadun Jaya, dalam hal ini warga Nduga di Timika memblokade Jalan Poros Mapurjaya Kilometer 11, Senin (29/8/2022).

Menurut warga, insiden ini merupakan pelanggaran HAM berat yang dilakukan oknum aparat, sehingga warga pun menuntut agar Panglima TNI untuk bertanggungjawab. Selain itu, warga juga menuntut tanggungjawab Kapolri, Kapolda Papua, Pandam Cenderawasih, Kapolres Mimika, dan Basarnas Mimika.

Warga pun berharap kepada Komnas HAM RI, Kontras, LBH Pusat dan Papua, serta Komisi HAM PBB agar dapat membentuk tim investigasi untuk mengungkap kasus mutilasi ini.

“Kami minta segera bertanggungjawab atas nyawa keempat korban. Dua korban sudah ditemukan dengan kondisi telah dimutilasi. Ini perbuatan yang tidak manusiawi, dan dilakukan secara sistematis dan terstruktur. Ini merupakan kerja atau perbuatan dari oknum-oknum aparat keamanan dari kesatuan yang ada di wilayah Miktim,” ungkap Vale Gwijangge selaku perwakilan keluarga dan warga Nduga.

Menurut mereka, pembunuhan dilakukan secara terencana dan terstruktur, karena mobil yang disewa untuk membantai para korban sengaja dibakar di wilayah Iwaka. Tubuh para korban, dipotong-potong, diisi dalam karung dan disertakan dengan batu sebagai pemberat, selanjutnya jasad para korban ditenggelamkan di sungai.

“Kami sendiri yang menemukan mayat keluarga kami itu, dan sekarang sudah ada di RSUD,” kata Vale.

Keluarga tidak menerima kematian para korban. Empat korban adalah murni sebagai warga sipil dan status empat korban ini didukung oleh Bupati Nduga. Dengan itu, Polres Mimika diminta menangkap para pelaku dan diproses hukum seadil-adilnya sesuai perbuatannya. Diminta juga untuk mengungkap motif hingga empat korban dibunuh.

“Meski ada salah sebesar apapun, yang namanya manusia tidak bisa dibunuh dengan keji seperti ini. Kami mohon para pelaku harus diusut tuntas,” ujarnya.

Disampaikan juga sejak terkuaknya kasus ini tanggal 22 hingga 26 Agustus, pihak keamanan tidak pernah mengungkap dan transparan siapa pelakunya. Pihaknya pun siap meneruskan kasus ini langsung ke Divisi Humas Polri dan Komisi III DPR RI.

Tuntutan pertanggungjawaban ini disampaikan di hadapan PJ Bupati Bupati Nduga Namia Gwijangge, Kapolres Nduga AKBP Rio Alexander Panewelan, Kapolres Mimika AKBP I Gede Putra, Wakil Ketua I DPRD Nduga Alimi Gwijangge, dan Anggota DPRD Mimika Karel Gwijangge.

PJ Bupati Bupati Nduga, Namia Gwijangge menyampaikan bahwa keluarga korban harus memberi waktu kepada aparat keamanan dan Basarnas untuk mencari dua korban lainnya.

“Kita akan koordinasi  bersama Basarnas agar menentukan waktu secepatnya untuk mencari dua korban tersebut, supaya jangan sampai membusuk. Saya minta warga harus kasih waktu,” ungkapnya.

Sedangkan Kapolres Mimika, AKBP I Gede Putra menyampaikan bahwa peristiwa ini sangat tidak diinginkan terjadi.

Ia mengaku bahwa sejak adanya kejadian, Polres Mimika belum membuka secara gamblang, lantaran adanya pertimbangan, dengan harapan setelah semua pelaku tertangkap, baru terbuka. Dalam hal ini, jika salah satu pelaku ditangkap dan diumumkan, maka pelaku-pelaku lainnya akan kabur.

Ia mengaku akan menemui keluarga korban karena punya rasa tanggungjawab. Dengan demikian, ia berjanji akan mengungkap kasus ini tanpa ada yang ditutup-tutupi.

“Kami dari Polres Mimika mengucapkan turut berdukacita atas peristiwa ini. Kita doakan semoga korban yang meninggal ini diterima dan diberikan tempat di sisi Tuhan Yang Maha Kuasa. Jadi kami mohon waktu untuk bekerja dan mengungkapkan semuanya,” kata I Gede Putra.

Lebih lanjut dijelaskan, untuk mencari dua korban lainnya harus diatur bersama Basarnas dan pihak lainnya agar hasilnya pun bisa lebih maksimal.

“Selesai dari tempat ini, kami sama-sama dengan Bupati Nduga dan Kapolres Nduga ke Basarnas untuk membicarakan mencari dua korban yang belum didapat,” ujarnya.

Pantauan salampapua.com, aksi blokade jalan ini berlangsung selama kurang lebih tiga jam. Warga bubar sekira pukul 13.04 WIT. (Tim)

Sumber: SALAM PAPUA Read More

Pos terkait