Wakil Bupati Mimika, Johannes Rettob
menghadiri acara seremonial
pembukaan Pesparawi Nasional
di Candi Prambanan Yogyakarta.
(Foto: Istimewa)SALAM PAPUA (TIMIKA) – Wakil Bupati Mimika, Johannes Rettob mewakili Gubernur Papua, Lukas Enembe menghadiri acara seremonial pembukaan Pesta Paduan Suara Gerejawi (Pesparawi) Nasional XIII Tahun 2022 di Candi Prambanan, Yogyakarta, Senin (20/6) malam.
Dalam rilis yang diterima Salam Papua, Selasa (21/6/2022) Johannes Rettob berpesan kepada seluruh peserta dari Tanah Papua untuk menampilkan yang terbaik untuk memuji dan memuliakan nama Tuhan, serta menjaga sikap dan Prilaku untuk menjaga nama baik Tanah Papua.
“Peserta yang ikut lomba ini tidak hanya membawa nama baik dirinya sendiri tapi bawa nama baik Tanah Papua jadi jaga sikap dan prilaku. Tampilkan yang terbaik demi kemuliaan nama Tuhan,” pesan Johannes.
Event tiga tahunan diikuti oleh 8.144 peserta dari 34 provinsi yang mengusung tema ‘Harmony in Diversity’ ini digelar sampai tanggal 26 Juni mendatang.
Seremonial pembukaan Pesparawi Nasional
di Candi Prambanan Yogyakarta.
(Foto: Istimewa)Wakil Menteri Agama, Zainut Tauhid Sa’adi saat membuka kegiatan itu menyampaikan Pesparawi Nasional XIII memiliki tujuan yang sangat mulia untuk mengembangkan keimanan, penghayatan, dan pujian kepada Tuhan Yang Maha Kuasa melalui kidung dan pujian. Gelaran Pespawari yang diikuti gereja-gereja dari berbagai aliran dan denominasi menjadi sarana membangun kerukunan kerukunan internal umat Kristiani.
Selain itu Pesparawi juga memiliki makna meningkatkan hubungan beragama bagi sesama umat Kiristiani dan antarumat beragama lainnya serta menumbuhkan rasa cinta, nasionalisme sehingga menciptakan masyarakat yang harmonis dan saling menghargai agama masing-masing.
“Dalam konteks masyarakat majemuk, Pespawari yang diselenggarakan bergantian memberikan sumbangsih dalam menumbuhkan rasa cinta, nasionalisme, dan mengembangkan kerukunan hidup antarumat beragama di IndonesiaPesparawi pun sebagai salah satu implementasi moderasi beragama. Pasalnya, sekat-sekat dan dinding pemisah dikesampingkan dan diganti dengan tali persaudaraan,” ujarnya.
Sementara itu, Gubernur DIY, Sri Sultan HB X menyampaikan, paduan suara tidak hanya sekadar tentang indah dan merdunya suara, namun dalam paduan suara diperlukan keselarasan dan kesadaran untuk saling mengisi demi mencapai performa terbaiknya.
Apabila dimaknai secara filsafati, paduan suara selaras dengan ajaran moral khas Jogja, yaitu Sawiji Greget, Sengguh, Ora Mingkuh. Ajaran itu lahir dari buah pikir Sri Sultan Hamengku Buwono I, yang juga peletak dasar Kasultanan Ngayogyakarta.
“Sawiji dapat dimaknai sebagai konsentrasi atau penjiwaan total tanpa menjadi tak sadarkan diri. Greget adalah semangat atau dinamika batin tanpa menjadi kasar.Sengguh berti penuh percaya diri, namun tetap low profile, tanpa menjadi sombong. Ora-mingkuh adalah pantang mundur dengan tetap menjaga disiplin diri dan tanggung jawab. Falsafah ini mewakili totalitas sikap manusia dalam hidupnya, baik dalam hubungan dengan sesamanya maupun dengan Tuhan Yang Maha Kuasa Cipta,” ungkap Sri Sultan.
Ia berharap dengan diselenggarakan Pesparawi di DIY, peserta bisa lebih mengenal nilai budaya dan kearifan lokal Yogyakarta. “Semogalah pula, para peserta masih sempat menghirup suasana Yogyakarta dengan serba kesahajaannya, di tengah-tengah senyum ramah masyarakat, khasanah wisata, dan budaya yang melingkupinya,” pungkasnya.
Wartawan/Editor: Yosefina