Wabup Mimika Ajak Masyarakat Sukseskan BIAN 2022, Dokter Rini: Imunisasi untuk Cegah Penyakit Mematikan

Seorang petugas kesehatan memberikan pelayanan imunisasi kepada Balita di Posyandu Kampung Kaugapu, Distrik Mimika Timur.
(Foto: Istimewa)
SALAM PAPUA (TIMIKA) – Wakil Bupati Mimika, Johannes Rettob mengajak  masyarakat Mimika menyukseskan Bulan Imunisasi Nasional (BIAN) Tahun 2022 yang dicanangkan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Mimika guna memberikan imunisasi campak dan rubella pada anak usia 9 bulan hingga 12 tahun, serta imunisasi kejar bagi anak balita yang belum lengkap imunisasinya yang sedang dilakukan pada Bulan Mei ini. 

Bentuk dukungan yang dimaksudkan yakni orangtua tidak menolak imunisasi untuk anaknya agar anak-anak tumbuh sehat dan bisa mencapai target imunisasi yang ditetapkan Pemkab Mimika sebanyak 41 ribu anak.

Ia mengatakan pemerintah sudah menyiapkan tenaga kesehatan, fasilitas kesehtan dan juga melalui Dinas Kesehatan sudah berupaya melakukan sosialisasi sehingga orangtua diharapkan datang ke Posyandu agar anaknya diimunisasi, dan tidak menolak saat petugas kesehatan mendatangi sekolah-sekolah untuk melakukan imunisasi kepada anak-anak.

“Karena tujuan imunisasi itu agar anak-anak kita mendapatkan kekebalan tubuh untuk mencegah berbagai macam penyakit,” ungkap Johannes saat diwawancarai Salam Papua di Hotel Grand Tembaga Mimika belum lama ini.

Selain itu ia juga ia mengimbau kepada seluruh masyarakat Mimika untuk mau divaksin mulai dari vaksin pertama sampai booster agar tetap sehat dan kebal terhadap virus Covid.
“Yang sama sekali belum vaksin segera vaksin, yang sudah vaksin pertama segera vaksin kedua, yang sudah kedua segera vaksin booster, tujuan pemerintah baik supaya kita semua sehat dan kebal terhadap virus Covid” ujarnya.

Wabup juga menyemangati tenaga kesehatan agar tidak bosan  ataupun kendor semangatnya dalam melakukan imunisasi dan memberikan  pemahaman kepada masyarakat tentang pentingnya imunisasi.

“Kalau ada penolakan, karena masyarakat kurang paham jadj terus semangat dan sabar dalam memberikan pemahaman agar semua anak bisa diimunisasi,” katanya. 

Sementara itu Dokter Spesialis Anak di RSUD Mimika, Dokter Jeanne Rini Poespoprodjo, Sp.A mengatakan cakupan imunisasi di Kabupaten Mimika menurun sejak pandemi Covid-19, sehingga Untuk mengejar kekurangan cakupan tersebut pemerintah menyelenggarakan BIAN dalam rangka pekan imunisasi dunia.

“Sekitar 41 ribu anak  menjadi sasaran kita dalam Bulan Imunisasi Nasional ini,” kata Dokter Rini di Timika beberapa waktu lalu. 

Ia menjelaskan imunisasi sangat penting sebagai perlindungan yang paling ampuh untuk mencegah penyakit-penyakit beresiko mematikan pada bayi.

Pada masa awal kehidupannya, bayi sangat rentan terkena penyakit berbahaya, seperti penyakit saluran pernapasan akut, polio, kerusakan hati, tetanus, campak dan banyak lagi penyakit berbahaya lainnya. 

Anak yang terkena penyakit-penyakit tersebut memiliki risiko kematian yang tinggi. Jika tidak sampai meninggal dunia, serangan virus dan penyakit tersebut akan menyebabkan derita fisik dan mental berkepanjangan dan bahkan bisa menimbulkan cacat.

 “Imunisasi merangsang kekebalan tubuh bayi sehingga dapat melindungi dari beberapa penyakit berbahaya seperti penyakit saluran pernapasan akut, polio, kerusakan hati, tetanus, campak dan banyak lagi penyakit berbahaya lainnya,” katanya.

Dikatakan bayi yang kelihatannya sehat belum tentu kebal terhadap serangan penyakit berbahaya, untuk itu orantua yang membawa bayi  ke Posyandu atau tempat pelayanan kesehatan lainnya untuk mendapatkan Imunisasi dasar lengkap sesuai jadwal adalah wujud kasih sayang dan tanggung jawab melindungi buah hati tercinta karena imunisasi merupakan hak setiap anak. 

“Dengan memberikan lmunisasi dasar lengkap sesuai jadwal, tubuh bayi dirangsang untuk memliki kekebalan sehingga tubuhnya mampu bertahan melawan serangan penyakit berbahaya,” ujar Dokter Rini.

Dia menjelaskan ada lima imunisasi dasar lengkap yang wajib diterima bayi sebelum berusia satu tahun. 

Bayi berusia satu bulan wajib mendapatkan imunisasi BCG Polio 1 mencegah penularan tuberculosis dan polio, usia dua bulan wajib diimunisasi
DPT-HB-Hib 1 polio 2, mencegah polio, difteri, batuk rejan, tetanus, hepatitis B, meningitis dan pneumonia. Kemudian bayi tiga bulan wajib mendaptkan DPT-HB-Hib 2 polio 3, empat bulan DPT-HB-Hib 3 Polio 4 dan sembilan bulan imunisasi campak untuk mencegah penyakit campak.

“Layanan imunisasi dilakukan di Posyandu, Puskesmas atau petugas kesehatan terdekat. Saat diimunisasi anak harus dalam kondisi sehat, jika anak sedang sakit sebaiknya ditunda. Kemudian setelah imusasi anak mengalami badan panas itu hal  biasa. Petugas kesehatan sudah tahu cara menghadapinya, mislanya dikasih obat penurun panas. Kalau panas setelah imunisasi itu hanya sebentar saja nanti  satu hari setelah itu sembuh, intinya tidak berbahaya,” ujar dia.

Ia menyebutkan  kalau imunisasi belum lengkap, segera minta dilengkapi, walaupun umurnya sudah lewat dan tidak sesuai jadwal, misalnya, umur 2 bulan belum imunisasi BCG dan Polio, maka segera minta imunisasi BCG dan Polio. Atau, umur 5 sampaj 12 bulan belum lengkap imunisasi DPT-HB dan Polio, maka segera minta dilengkapi imunisasi DPT-HB dan Polio. Tetapi, jarak antara imunisasi sedikitnya 4 minggu.

Demikian pula, misalnya umur 10 sampai 12 bulan bayi belum imunisasi campak, segera minta imunisasi campak. “Yang penting sebelum umur 1 tahun bayi harus sudah mendapat lima imunisasi dasar lengkap, hepatitis B empat kali, BCG satu kali, Polio empat kali, DPT-HB tiga kali dan campak satu kali,” sebutnya.

Akan tetapi bagi orangtua yang anaknya belum diimunisasi dasar karena pandemi tak perlu khawatir, karena masih bisa menyusul dengan program imunisasi kejar yang merupakan kegiatan memberikan imunisasi kepada bayi dan Balita (bawah lima tahun) yang belum menerima dosis vaksin sesuai usia yang ditentukan pada jadwal imunisasi nasional.

“Imunisasi kejar dapat diberikan pada anak usia 36 bulan,” sebutnya.

Dikatakan imunusasi kejar ini juga sebagai upaya pemerintah menghapus penyakit campak dan rubella pada Tahun 2023.

Campak dan rubella adalah penyakit infeksi menular melaui saluran nafas yang disebabkan oleh virus.

Anak dan orang dewasa yagn belum pernah mendapat imunisasi campak dan rubella atau yang belum pernah mengalami penyakit ini beresiko tinggi tertular.

Komplikasi penyakit campak antara lain diare, radang paru peunomia, radang otak (ensefalitis), kebutaan, gizi buruk dan bahkan kematian.
Sementara rubella biasanya berupa penyakit ringan pada anak. Tapi, bila menulari ibu hamil pada trimester pertama atau awal kehamilan bisa menyebabkan keguguran atau kecacatan pada bayi yang dilahirkan.

“Bayi yang dilahirkan bisa cacat dan tidak hanya satu anggota tubuh.  Matanya bisa katarak telinganya tidak mendengar, kelainan jantung bahkan lingkar kepala bisa kecil itu betul-betul buat SDM jelek sekali. Tapi kalau kena yang tidak hami bisa sembuh sendiri jadi penting untuk dicegah agar anak anak kebal terhadap campak dan rubella dan juga melindungi supaya tidak menularkan ke ibu hamil,” Ujar dia.

Dokter Rini menjelaskan tidak ada pengobatan untuk penyakit campak dan rubella namun penyakit ini dapat dicegah dengan imunisasi menggunakan vaksin MR. Satu vaksin mencegah dua penyakit sekaligus. 

“Vaksin MR ini diberikan pada anak mulai umur sembilan bulan sampai 12 tahun tanpa memandang status imunisasi.  Jadi misalnya anak sudah imunisasi campak bisa imunisasi MR itu tidak bahaya. Campak dan rubella sampai saat ini belum ada obatnya jadi lebih baik dicegah dengan imunisasi,” Ujarnya.

Sementara itu Kepala Seksi Imunisasi Dinas Kesehatan Kabupaten Mimika, Nelsi Bungan Allo mengatakan sasaran BIAN ini pada  anak usia 9 bulan hingga 12 tahun untuk imunisasi MR serta imunisasi kejar bagi anak balita yang belum lengkap imunisasinya, sehingga imunisasi dilaksanakan di Posyandu, TK dan SD

“Jadi petugas Puskesmas melaksanakan imunisasi di Posyandu dan sekolah-sekolah  baik sekolah negeri mapun swasta tingkat TK dan SD,” katanya.

Untuk menyukseskan BIAN pihaknya sudah melakukan berbagai upaya seperti melaksanakan pertemuan dengan kepala-kepala sekolah di tingkat TK dan SD, berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan untuk menyampaikan ke sekolah-sekolah.

Kemudian pihak Dinkes juga melakukan pertemuan dengan stakeholder terkait seperti FKUB, melakukan pertemuan dengan orangtua siswa dan bekerja sama dengan Persekutuan Pelayanan Kesehatan Kristen di Indonesia (Pelkesi).

Dijelaskan sosialisasi sangat perlu ditingkatkan supaya masyarakat paham bahwa BIAN ini untuk vaksin MR dan kegiatan memberikan imunisasi kepada bayi dan Balita yang belum menerima dosis vaksin sesuai usia, karena saat petugas turun masyarakat masih berpikir bahawa itu vaksin Covid karen sampai sekarang ini masih berjalan vaksin Covid. “Jadi kita harus meningkatkan sosialisasi supaya masyarakat betul paham. Imunisasi itu hak anak jangan sampaj orang tua menghalangi anak-anak untuk mendapat haknya karena kurang pemahaman,” ujarnya.

Ia mengataka pihaknya akan memberikan penghargaan bagi sekolah yang capaian imunisasi di atas 80 persen. 

“Sebagai bentuk apresiasi kepada sekolah yang telah membantu pemerintah dalam pelaksanaan BIAN,” ujarnya.

Wartawan/Editor: Yosefina

Pos terkait