SAPA (TIMIKA) – Tim Formatur Lembaga Musyawarah Adat Suku Amungme (LEMASA) menegaskan jabatan Johnny Stignal Beanal sebagai Direktur Eksekutif Lemasa sudah berakhir pada 14 November 2021 lalu dan akan ditentukan direktur eksekutif yang baru dalam musyawarah adat (Musdat) Suku Amungme yang rencananya dilaksanakan pada Oktober 2022 mendatang.
Dijelaskan, jabatan Direktur Eksekutif sebelumnya diberikan kepada Jhonny Tsingnal Beanal dengan alasan saat itu melanjutkan sisa masa jabatan pimpinan sebelumnya, Odizeus Beanal degan tugas yang dipercayakan untuk mempersiapkan pelaksanaan Musdat suku Amungme sebelum tahun 2021 sebagai mana yang tercantum dalam SK nomor 03/SKBP-AN/LEMASA/XI/2019.
Namun pada kenyataanya tugas dan tanggung jawab yang diberikan tidak dilaksanakan sehingga membawa masyarakat adat Amungme dalam permasalahan dan perpecahan sosial. Sehingga saat ini Tim Formatur sedang mempersiapkan Musdat dan berupaya maksimal menata kelembagaan Lemasa.
Untuk itu kepada PT Freeport Indonesia (PTFI), Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Mimika dan pihak-pihak lainnya sebagai mitra Lemasa diharapkan menghormati dan mendukung upaya yang dilakukan oleh tim formatur tersebut, dengan menghentikan kerja sama dengan mantan Direktur Eksekutif Lemasa, Jhonny Stignal Beanal.
“Jadi untuk lembaga-lembaga yang bermitra dengan Lemasa, dalam verifikasi laporan pertanggungjawaban penggunaan anggaran Lemasa dalam program kerja sama implementasi MoU 2000 Tahun 2020-2022 secara transparan kepada pimpinan Lemasa, dalam hal ini kepada Badan Pendiri Lemasa, Komisaris Lemasa dan Mandatori Torei Negel bukan kepada Mantan Direktur Eksekutif Lemasa. Hal ini juga sebagai bentuk dukungan kepada tim formatur dalam upaya menata kelembagaan hingga pelaksanaan Musdat suku Amungme,” pesan Anthonius.
Ia menegaskan dana yang dikelola Lemasa merupakan dana masyarakat, bukan milik direktur atau komisaris sehingga jika hanya digunakan oleh oknum tertentu maka oknum terkait adalah pencuri dana masyarakat.
Anthonius juga mengharapkan perhatian dari pemerintah sebab masyarakat Amungme milik pemerintah, begitu juga dengan PTFI harus bisa hadir untuk menyatukan masyarakat Amungme.
Dia menambahkan setelah ditunjuk sebagai ketua tim formatur, ia tidak mencari siapa yang benar dan siapa yang salah yang menyebabkan Lemasa mengalami kemandekan tapi tugasnya menyatukan semua masyarakat Amungme agar bersama-sama mempersiapkan Musdat.
“Saya terima tugas itu untuk kepentingan orang Amungme keseluruhan bukan untuk mencari kesalahan seseorang, bukan untuk kepentingan diri saya sendiri ataupun keluarga saya. Tim penataan ini dibentuk untuk menyatukan semua masyarakat Amungme yang selama ini terpecah belah,” kata Anthonius.
Sementara itu Komisaris LEMASA, Drs. Yoseph Yopi Kilangin menyampaikan pada intinya masyarakat Amungme telah sepakat bahwa saat ini tidak ada lagi perpecahan dan semuanya bersatu, setelah kembali bersatu maka semua persoalan di masa yang lalu telah dilupakan.
“Bersatu berarti bukan lagi menyangkut beberapa orang saja akan tetapi secara keseluruhan, baik perwakilan dari semua wilayah adat, perwakilan mama-mama, tetua adat serta kaum muda. Kita semua sudah menyatakan diri untuk kembali bersatu dan melupakan semua yang lalu-lalu,” katanya.
Atas keinginan itu, juga telah diangkat Ketua Tim Formatur, Anthonius Alomang, SE yang dipercaya bisa membantu mengatur dan mempersiapkan Musdat.
Menurut dia, Lemasa memang punya kontrak bersama PTFI pada saat direktur eksekutif sebelumnya namun mengingat masa jabatan direktur eksekutif sebelumnya telah berakhir maka masa kontrak itupun berkahir.
“Saya harap PTFI dapat memberikan dukungan kepada tim formatur dan jangan lagi mendukung mantan direktur eksekutif supaya yang bersangkutan juga tidak merasa diri sebagai direktur lagi. PTFI harus lebih terbuka mendengarkan aspirasi masyarakat, kami juga akan melakukan pertemuan bersama PTFI agar bisa mengetahui bahwa masa jabatan Jhonny Stignal Beanal sebagai Direktur Eksekutif Lemasa sudah berakhir,” tuturnya.
Kemudian Mandatori Torei Negel, Menuel Jhon Magal menyampaikan setelah dilaksanakannya rapat rekonsiliasi pada 5 April 2022 lau masyarakat Amungme sepakat bahwa pengelolaan lembaga harus normal dan kembali pada visi dan misi didirikan lembaga tersebut.
Untuk itu semua pihak harus bersama-sama mendukung apa yang menjadi kehendak banyak orang. Sebab tim formatur yang telah dibentuk ini merupakan kehendak dari semua komponen masyarakat adat suku Amungme melaui perwakilan11 wilayah, semua unsur pimpinan Lemasa, sesepuh Lemasa, perwakilan perempuan, gereja dan tokoh-tokoh penting lainnya pada suku Amungme.
“Itu semua terlaksana untuk memenuhi kerinduan dari masyarakat Amungme. Masyarakat ini betul-betul menginginkan suatu pengelolaan lembaga yang normal dan program-programnya menyentuh pada kebutuhan masyarakat di 11 wilayah adat. Dalam musdat mendatang direncanakan akan ditambahkan dua wilayah adat menjadi 13. Itulah perwujudan atas kehendak dari semua akar rumput,” katanya.
Hal yang sama juga disampaikan oleh Anggota Badan Pendiri LEMASA, Donatus Klanangame. Menurut dia hasil pertemuan rekonsiliasi telah disetujui oleh seluruh tokoh penting Suku Amungme untuk itu jangan ada lagi orang Amungme yang berjalan sendiri-sendiri.
“Saya minta kepada seluruh orang Amungme agar jangan lagi berdiri dan berjalan sendiri. Kalau selama ini berdiri dan hanya melihat dari luar pagar, maka melalui tim ini kita minta agar masuk dan duduk bersama-sama serta kembali untuk menyatukan orang Amungme melalui Lemasa” ajak Donatus.
Editor: Yosefina