Rapat dengar pendapat (RDP) terkait informasi viral obat anak yang diduga disertai serpihan kaca (Foto:salampapua.com/Acik)
SALAM PAPUA (TIMIKA)– Informasi Kasus dugaan obat untuk anak yang diduga disertai serpihan berupa pecahan kaca yang terjadi di salah satu Klinik di Timika, tanggal 18 Juni 2022 lalu, sampai ke Dinas Kesehatan Provinsi Papua.
Atas informasi viral ini, Dinas Kesehatan Provinsi Papua mengingatkan agar layanan kesehatan bagi masyarakat agar dilakukan secara hati-hati dan disesuaikan dengan standar operasional prosedur (SOP).
“Layanan kesehatan harus dilakukan dengan hati-hati supaya kasus yang sama tidak terulang kembali. Kita sama-sama menyadari bahwa pelayanan kesehatan adalah pelayanan yang sangat diperlukan oleh semua orang. Makanya yang perlu kita garis bawahi supaya harus dilakukan dengan penuh hati-hati,” ungkap PLT Kabid Sumber Daya Kesehatan (SDK) Dinkes Provinsi Papua, Dr. Drg. Yohanes Tebai, Jumat (22/7/2022), saat menghadiri RDP bersama Dinkes Mimika, LokaPOM, pihak Klinik Rafael dan perwakilan keluarga korban pasien anak terkait kasus dugaan diberi obat yang disertai serpihan kaca.
Dr. Yohanes menyampaikan bahwa dalam pelayanan kesehatan yang harus diperhatikan adalah media, SOP, komunikasi serta etika profesi.
Di zaman sekarang segala sesuatu akan cepat tersebar melalui media, sehingga peristiwa yang telah terjadi harus dijadikan sebagai pengingat agar pelayanan lebih kepada kehati-hatian. Media sosial yang ada bukan hanya untuk media penyebar informasi, tapi juga sebagai alat pengontrol bagaimana tenaga kesehatan melakukan pelayanan yang baik.
Selain itu, di masing-masing profesi tentunya memiliki SOP. Sebagai fasilitas kesehatan, baik klinik ataupun apotek, perlu memenuhi beberapa hal dalam operasionalnya, termasuk harus memiliki tenaga apoteker agar dapat mengatur layanan obat yang sesuai.
“Itu poin-poin penting yang harus kita pahami bersama. Semua klinik itu harus ada tenaga apotekernya,” katanya.
Disampaikan juga bahwa komunikasi sangat penting, karena tingkat pemahaman setiap pasien atau masyarakat berbeda-beda. Dalam hal ini, sebagai pelayan kesehatan harus dapat mengarahkan pasien agar bisa memahami maksud yang disampaikan.
Contohnya, kalau ada pasien ingin cabut gigi, tapi kalau pelayan kesehatan merasa gigi pasien tersebut tidak harus dicabut saat itu, maka harus diberikan penjelasan dengan alasan medisnya agar pasiennya paham.
“Ini juga yang paling sering tenaga kesehatan lupakan. Dewasa ini banyak yang berpikir bahwa pelayanan kesehatan itu hanya dengan memberikan obat ke pasien lalu pulang. Hanya dengan kasih tahu ke pasien bahwa obat harus diminum tiga kali satu. Hal seperti ini harus dipertimbangkan dan diterapkan secara baik. Komunikasi itu penting. Setelah menjelaskan ke pasien, harus ditanya ulang apakah sudah paham atau tidak. Jangan kita layani pasien hanya untuk menyelesaikan tugas kita. Itu tidak bolah terjadi,” ujarnya.
Komunikasi dalam pelayanan kesehatan harus diterapkan. Contoh untuk kasus dugaan serpihan kaca ini, harusnya dokter menjelaskan kepada orang tua pasien bahwa obatnya disertai gula dengan tujuan agar anaknya tidak takut dengan obat yang pahit.
“Contoh sederhana saja. Harusnya saat diberi obat, dokter jelaskan ke orang tuanya. Pak obatnya saya sertakan gula ya.. supaya manis dan adeknya mau minum obat. Nah kalau begitu, orang tuanya paham. Intinya ini menjadi pelajaran untuk kita semua,” tuturnya.
Mengakhiri arahannya, dia mengingatkan juga bahwa masyarakat harus memiliki keterbukaan. Dalam hal ini, jika belum paham dengan penjelasan petugas medis, maka jangan langsung pulang, tapi harus bertanya.
“Intinya komunikasi itu penting. Pasien juga punya hak untuk bertanya kalau yang dijelaskan belum dipahami,” tuturnyanya.
Wartawan: Acik
Editor: Jimmy
Sumber: SALAM PAPUA Read More