Satu Anak di Mimika Diduga Terinfeksi Difteri, ini Gejala dan Cara Mencega

TIMIKA | Seorang anak di Timika, Kabupaten Mimika, Papua Tengah diduga terinfeksi difteri.

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Mimika, Reynold Ubra mengatakan, dugaan tersebut diketahui setelah anak tersebut dibawa ke Fasilitas Kesehatan (Faskes) dengan gejala diduga difteri.

Saat ini, Dinkes sedang menunggu hasil laboratorium untuk memastikan dugaan tersebut.

“Nanti hasil labnya kami akan menyampaikan kepada teman-teman media,” kata Reynold ketika diwawancarai, Kamis (22/9/2022).

Reynold mengatakan, salah satu persoalan yang dialami yakni setelah Covid-19, jumlah cakupan imunisasi dasar lengkap mulai menurun berbeda dengan sebelum Covid-19.

Hingga pekan lalu, imunisasi dasar lengkap di Mimika sudah mencapai 67 persen. Satu bulan kedepan Dinkes fokus di wilayah Puskesmas Timika yang jumlah bayi, balita, anak sekolah terbanyak, sehingga angka partisipasi siswa juga banyak yang belum menerima imunisasi.

Banyak anak yang belum menerima imunisasi lengkap ini mempengaruhi angka di kabupaten.

“Jadi kalau di Timika kami bisa memberikan layanan vaksinasi saja (Covid 19) sudah diatas 60-70 persen maka sebenarnya layanan imunisasi dasar lengkap di Mimika ini sudah bisa diatas 80 persen,” kata Reynold.

Reynold mengungkapkan pihaknya juga sudah melakukan pertemuan bersama para guru, juga dengan komite sekolah.

“Pos vaksinasi untuk bulan imunisasi anak nasional sementara dari Puskesmas Timika sedang berjalan, untuk Puskesmas lain cakupannya sudah selesai pelaksanaannya,” katanya.

Dijelaskan anak-anak kalau tidak divaksin atau imunisasi rentan dengan berbagai macam penyakit, namun penyakit-penyakit tersebut bisa dicegah dengan imunisasi.

“Memang sudah ada kekebalan alami tapi perlu juga ada kekebalan tambahan yang dibuat melalui pemberian imunisasi supaya daya tahan tubuh anak itu akan semakin baik. Hari ini kalau terkena difteri kan kasihan itu,” ujarnya.

Dikuti0 dari Kemenkes.go.id, difteri adalah salah satu penyakit yang sangat menular, dapat dicegah dengan imunisasi, dan disebabkan oleh bakteri gram positif Corynebacterium diptheriae strain toksin.

Penyakit ini ditandai dengan adanya peradangan pada tempat infeksi, terutama pada selaput mukosa faring, laring, tonsil, hidung dan juga pada kulit.

Mengenai strategi pencegahan pengendalian KLB Difteri adalah Penguatan imunisasi rutin Difteri sesuai dengan program imunisasi nasional, Penemuan dan penatalaksanaan dini kasus Difteri, Semua kasus Difteri harus dilakukan penyelidikan epidemiologi, semua kasus Difteri dirujuk ke Rumah Sakit dan dirawat di ruang isolasi.

Selain itu, pengambilan spesimen dari kasus dan kasus kontak erat kemudian dikirim ke laboratorium rujukan Difteri untuk dilakukan pemeriksaan kultur atau PCR, Menghentikan transmisi Difteri dengan pemberian prophilaksis terhadap kontak dan karier dan Melakukan Outbreak Response Immunization (ORI) di daerah KLB Difteri.

Penyakit difteri dapat dicegah dengan imunisasi kengkap, dengan jadwal pemberian sesuai usia. Saat ini vaksin untuk imunisasi rutin dan imunisasi lanjutan yang diberikan guna mencegah penyakit Difteri ada 3 macam, yaitu DPT-HB-Hib (vaksin kombinasi mencegah Difteri, Pertusis, Tetanus, Hepatitis B dan Meningitis serta Pneumonia yang disebabkan oleh Haemophylus infuenzae tipe B), DT (vaksin kombinasi Difteri Tetanus), Td (vaksin kombinasi Tetanus Difteri).

Imunisasi tersebut diberikan dengan jadwal yakni Imunisasi dasar untuk Bayi usia 2, 3 dan 4 bulan diberikan vaksin DPT-HB-Hib dengan interval 1 bulan, imunisasi Lanjutan diberikan kepada Anak usia 18 bulan diberikan vaksin DPT-HB-Hib 1 kali, Anak Sekolah Dasar kelas 1 diberikan vaksin DT pada Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS), Anak Sekolah Dasar kelas 2 dan 5 diberikan vaksin Td pada Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS), kemudian Wanita Usia Subur (termasuk wanita hamil) diberikan vaksin Td.

Perlindungan optimal terhadap difteri pada masyarakat dapat dicapai dengan cakupan
imunisasi rutin, baik dasar maupun lanjutan, yang tinggi dan merata. Cakupan harus mencapai minimal 95%, merata di setiap kabupaten/kota, dan tetap dipertahankan.

Artikel ini telah tayang di seputarpapua.com
LINK SUMBER : Satu Anak di Mimika Diduga Terinfeksi Difteri, ini Gejala dan Cara Mencega

Pos terkait