TIMIKA | Jejeran ukiran gambar, logo, dan Tipografi (seni huruf) terpampang menghias belasan sendal jepit merk swallow yang diletakan diatas rak jualan di pinggir jalan Yos Sudarso tepatnya dekat RSUD Mimika, Papua.
Frans Calvin Mansnandifu tengah duduk memegang sendal jepit dibantu dengan pensil, gunting, pisau cutter dan pinset gang merupakan alat pendukung ia berkreasi.
Kepada Seputarpapua.com Frans menunjukan cara pembuatan yang diwali dengan menggambar pola menggunakan pensil sebelum sendal diukir.
Pemuda Asli Suku Biak, Papua ini mulai membuka usaha di lapak sederhananya pada Januari 2022 dibantu dengan saudara perempuannya.
“Memang tahun 2018 pernah ke Timika mencari kerja, tapi balik lagi ke Biak, terus Januari 2022 saya kembali ke Timika, sambil mencari pekerjaan lain, saya coba apa yang bisa saya kerjakan, jadi saya buat ini (sendal ukir)” katanya ketika ditemui di lapaknya, Jumat (6/5/2022).
Frans bercerita bakat seni ukirnya merupakan turunan dari ayahnya yang lahir sekitar tahun 1932 yang juga suka sekali dengan seni ukir.
“Waktu usia saya 21 tahun, saya ke Sorong saya melihat perkembangan seni di sana saya mulai mencoba aplikasikan rasa cinta saya terhadap seni ini, cuman saya lebih memilih sendal karena bahan baku bagus kemudian tidak merusak dan dipakai semua kalangan, jadi bakatnya memang otodidak,” katanya.
Seiring dengan perkembangan zaman, ia lalu mengembangkan bakat seninya dengan belajar di Internet untuk mendalami cara membuat ukiran sendal yang lebih bagus.
Menurutnya, menyalurkan bakat seni merupakan hal yang membanggakan, meskipun penghasilannya tidak menentu, tapi jika mampu menjawab permintaan konsumen dan melihat konsumen menjadi senang dengan kinerjanya adalah hal yang bisa membawa kepuasan tersendiri.
Pria berusia 35 tahun ini sudah memiliki lima anak, sehingga lewat usaha ini juga bisa membantu meningkatkan ekonomi sembari mencari pekerjaan lain.
Ia berpesan kepada anak muda agar tetap semangat jika memiliki bakat seni, perlu untuk diaplikasikan dan ditampilkan.
“Pesan saya untuk anak muda jangan malu kerjakan sesuatu yang kelihatannya remeh. Kalau ada jiwa seni, tampilkan sesuatu yang bisa bermanfaat untuk orang lain lakukan saja dengan senang hati, dari setiap apa yang kita bikin, kerja itu tidak akan menghasilkan sesuatu yang tidak mengecewakan dan pasti dapat titik tertinggi, karena seni itu indah,” ujarnya.
Ia juga berharap ada dukungan dari pemerintah bukan hanya kepada dirinya namun ke rekan-rekan khususnya anak muda Papua yang memiliki bakat seni untuk bisa dibantu dalam mengembangkan bakatnya.
“Harapan untuk pemerintah pasti ada ketika ada ruang, kesempatan untuk kami anak Papua berkarya, berikan kesempatan itu buat kami, turun dan lihat langsung supaya pemerintah bisa lihat. Tidak harus yang besar namun dari bisa dilihat bahwa kita juga mau membuka peluang pekerjaan,” ungkapnya.
Sendal yang diukir dibanderol dengan harga Rp35 ribu dan akan disesuaikan dengan permintaan pelanggan untuk motifnya.
“Saya tidak bedakan harga, meskipun tingkat kesulitan tinggi namun harganya tetap sama, puji Tuhan banyak juga yang tertarik untuk memesan,” kata Frans.
Selain membuka lapak, Frans juga memanfaatkan media sosial untuk melakukan promosi dan ada permintaan pula dari media sosial ada pula yang datang langsung ke lapak miliknya. Satu sendal, Frans bisa kerjakan 1-2 jam, dan dalam sehari ia bisa menerima orderan 5 hingga 10 sendal.
“Nilai uang itu nomor dua terutama itu adalah tingkat tantangan dan bisa memberikan kepuasan kepada konsumen. Karena nilai seni itu ketika bisa memberikan kebahagiaan bagi yang menikmati,” pungkasnya.
Artikel ini telah tayang di seputarpapua.com
LINK SUMBER : Sambil Mencari Pekerjaan, Pemuda Asal Biak ini Geluti Usaha Sendal Ukir di Timika