ARAK-Ribuan masyarakat Mimika Wee bersama Anak Cucu Perintis (ACP) mengarak dan mengantar salib diiringai tabuhan Tifa, ke Pelabuhan Atapo Kokonao, Distrik Mimika Barat, Sabtu (23/4). FOTO: ASTRI/TimeX
TIMIKA,TimeX
Diiringi tabuhan tifa dan gerak tari adat, ribuan masyarakat Mimika Wee bersama Anak Cucu Perintis (ACP) mengarak dan mengantar salib ke Pelabuhan Atapo Kokonao, Distrik Mimika Barat.
Baca juga : Penyidik Periksa Saksi Ahli Terkait Kasus Pemalsuan Dokumen
Ritual pengantaran salib ini merupakan rangkaian proses rekonsiliasi Mimika Wee yang puncaknya digelar Minggu (24/4).
Administrator Diosesan Keuskupan Timika, Pastor Marthen Kuayo menyampaikan dalam Gereja Katolik rekonsiliasi merupakan sakramen pertobatan, pengakuan dosa dan pemulihan.
Dimana Pemulihan dari keadaan sebelumnya yang terganggu, rusak dan putus. Sekarang ini akan dipulihkan.
“Manusia dalam hidup, ada yang bikin dosa, kesalahan. Kutukan-kutukan yang mengganggu hidup Mimika Wee, di dalam Yesus mau dipulihkan,” ujarnya saat ditemui Timika eXpress disela-sela acara perarakan salib Sabtu (23/4).
Dalam upacara Gereja Katolik, pertama, ritus pengakuan pertobatan atas segala hal yang mengikat atau mempengaruhi Mimika Wee dan mereka yang pernah tinggal di Mimika. Kedua, liturgi sabda atau firman yaitu mendengar sabda-sabda Tuhan di dalam Alkitab. Ketiga, perayaan ekaristi dan penanaman salib.
Marthen berharap, dengan Ibadah rekonsiliasi ini, Mimika Wee memulai hidup baru dalam Kristus, tanpa beban.
Soal perubahan penyebutan dari Kamoro ke Mimika Wee katanya merupakan wilayah adat yang diputuskan oleh orangtua adat dan masyarakat setempat.
Ketua Panitia Rekonsiliasi, Dominikus Mitoro mengkisahkan penggunaan nama Kamoro bermula pada musyawarah adat (Musdat) di tahun 1996. Penggunaan nama ini terkait erat dengan gelontoran dana satu persen PT Freeport Indonesia.
Padahal dalam rentang sejarahnya, warga yang hidup di pesisir disebut Mimika Wee. kata Mitoro, sebutan Mimika Wee bahkan dimulai sejak Portugis datang.
Perubahan sebutan ke Mimika Wee katanya sudah jadi wacana dan keinginan warga. Selama penggunaan sebutan Kamoro,masyarakat akan terus tertinggal di tempat dalam semua sektor kehidupan.
Dominikus juga menambahkan mereka berfikir selama nama ini Kamoro, diartikan kita tetap tinggal di tempat, kita tidak bergerak kemana-mana.
“Dalam hal apa saja. Baik itu di pembangunan, jabatan pemerintahan sampai gereja. Anak-anak kita misalnya tidak ada yang pergi sekolah sebagai pastor dan sebagainya,”tutupnya. (a42)
The post Ribuan Warga Arak Salib Dalam Rekonsiliasi Mimika Wee appeared first on Timika Express.