Saat sejumlah warga mengadu ke DPRD Mimika (foto atas) dan pemukiman warga yang terendam banjir (foto bawah) (Foto:salampapua.com/Acik)
SALAM PAPUA (TIMIKA)– Sekelompok warga yang menjadi korban banjir mendatangi gedung DPRD Mimika, Kamis (25/8/2022), mengadu terkait persoalan yang menimpah pemukiman, kebun dan ternak mereka.
Sekelompok warga dari enam Kepala Keluarga (KK) ini bermukim di Kompleks tepat depan Gedung DPRD Mimika, Jalan Cendrawasih. Mereka mengadu bahwa pemukiman, kebun dan kandang ternak mereka diterjang banjir dan terendam air setinggi pinggang orang dewasa. Banjir bandang yang telah terjadi selama tiga malam berturut-turut itu pun membuat putusnya jalan utama tembusan hingga ke SMA Negeri 6 di Busiri Ujung tembusan Petrosi, atau lorong samping Kantor Satlantas Baru.
Menurut mereka, peristiwa ini baru saja terjadi sejak berpuluh-puluh tahun mereka bermukim di wilayah tersebut. Meski hujan sederas apapun, kompleks mereka tidak pernah kebanjiran. Namun, selama beberapa waktu terakhir, setiap hujan turun, mereka menjadi sasaran banjir dan terendam air. Mereka juga mengklaim bahwa peristiwa nahas ini merupakan ulah dari salah satu pengusaha yang membuka usaha di bagian depan kompleks mereka. Dimana pengusaha tersebut sengaja membangun gorong-gorong atau membuka aliran sungai yang baru ke arah pemukiman dan perkebunan mereka.
“Saya ini sudah ada tinggal di kompleks ini sejak tahun 1985, tapi tidak pernah alami kebanjiran seperti ini. Tapi akhir-akhir ini selama tiga kali, tiba-tiba kami diterjang banjir dan rumah kami terendam. Bukan hanya berupa genangan air saja, tapi ini benar benar banjir dengan arusnya yang deras. Kami yang bermukim di belakang ada enam KK, dan semuanya jadi korban. Kandang babi terendam, dan ada beberapa ekor babi yang hanyut. Tanaman di kebun kami semuanya terendam, keladi dan petatas itu hancur semua isinya, karena terendam,” ungkap Korneles Iek saat bertemu beberapa anggota DPRD Mimika.
Selain rumah, ternak dan kebun yang terseret dan terendam air, warga juga mengaku tidak bisa tidur dan berencana akan mengevakuasi diri dan keluarga.
“Ini sudah terjadi selama tiga hari. Jadi kami tidak bisa tidur. Kami mau lari kemana? Pokoknya kejadian ini sejak pengusaha itu mulai membangun usahanya di depan. Berdasarkan informasinya akan bangun bengkel besar-besaran,” ujar warga.
Di kompleks tersebut juga ada Kali, namun tidak pernah meluap. Tapi setelah kali baru dibuka pengusaha tersebut, maka banjir pun terjadi.
Warga mengaku persoalan ini telah beberapa kali disampaikan ke pengusaha terkait, tapi tidak direspon. Karena itu, diharapkan beberapa hari ke depan, pengusaha terkait harus mencari solusi agar warga tidak lagi menjadi korban.
“Sudah. Kami sudah sampaikan ke orang itu, tapi dia tidak respon. Kami mau persoalan ini bisa tuntas supaya rumah kami tidak lagi tergenang air,” katanya.
Atas pengaduan ini, beberapa anggota DPRD Mimika yaitu Drs. Leonardus Kocu, Herman Kafir, Mariunus Tandiseno langsung memantau lokasi pengusaha tersebut. Saat di lokasi anggota DPRD Mimika menemukan adanya gorong-gorong yang terkubur di bawah area tempat usaha yang baru dibangun tersebut.
Tiga anggota DPRD Mimika yang memantau langsung persoalan ini mengaku akan memanggil pihak PUPR termasuk pengusaha yang melakukan pembangunan di area tersebut.
Herman Gafur mengatakan, pengusaha terkait tidak harus membangun drainase untuk mengalirkan air ke kompleks pemukiman warga. Menurut dia, saluran pembuangan air dari area pembangunan tersebut harusnya dialirkan ke dalam drainase jalan.
Dikatakan, hal inipun patut diduga lantaran tidak berfungsinya drainase jalan utama, dalam hal ini, drainase jalan utama di Jalan Cendrawasih hanya berfungsi untuk saluran air dari dalam badan jalan, dan bukan untuk saluran air yang masuk dari luar badan jalan.
“Kemungkinannya ini karena drainase jalan tertutup untuk aliran air dari luar badan jalan atau dari lahan warga. Kenapa juga pengusaha ini bangun gorong-gorong dan dibuang ke kompleks warga? Ini memang sangat aneh. Mungkin gorong-gorong ini sifatnya sementara saja, tapi harus perhitungkan dengan pemukiman warga sekitar. Kami akan panggil pihak PU dan pengusaha terkait,” kata Herman.
Herman juga menyayangkan solusi pembuangan air dari pihak pengusaha terkait. Pengusaha terkait harus berpikir untuk jangka panjangnya. Setiap pembangunan tempat usaha, harusnya memikirkan dampak lingkungan sekitar.
“Hal seperti ini bukan hanya terjadi di sini, tapi di banyak titik di Timika, karena badan jalan lebih tinggi dari pemukiman warga,” ujarnya.
Hal yang sama juga disampaikan oleh Ketua Fraksi Mimika Bangkit, Drs. Leonardus Kocu, yang harus dipastikan adalah drainase jalan utama sebagai saluran air.
“Kami sudah lihat langsung lokasi pembangunan oleh pengusaha ini. Berarti kami akan koordinasi bersama PUPR dan pengusaha terkait untuk memastikan penataan ruangnya seperti apa. Untuk laporan dari Bapak dan Ibu akan tetap kami pantau,” ungkapnya.
Pantauan salampapua.com, hingga pukul 13:35 WIT, arus air ke pemukiman warga masih sangat deras dan genangan air juga masih sangat tinggi. Warga korban pun mendampingi wartawan salampapua.com melihat batas Gorong-gorong yang dibangun pengusaha terkait. Pembangunan gorong-gorong hanya dari arah depan lahan usaha hingga ke ujung belakang dan membentuk aliran sungai yang baru.
Adapun keluhan lain dari warga tetkait pengusaha tersebut, karena tembok batas bagian belakang bangunan tempat usahanya dibangun pas di atas batas lahan warga, bahkan ada beberapa bagian yang mengambil lahan warga hingga lebih dari satu meter.
Wartawan: Acik
Editor: Jimmy
Sumber: SALAM PAPUA Read More