Pemkab dan PTFI Riskesdas Skala Kabupaten Pertama, Begini Kondisi Kesehatan di Mimika

TIMIKAPemerintah Kabupaten Mimika melalui Dinas Kesehatan bekerjasama dengan PT Freeport Indonesia melakukan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) komprehensif sejak November 2021 hingga Juli 2022 dengan menggandeng Yayasan Pusat Inovasi Kesehatan (PIKAT) Universitas Udayana.

Hasil Riskesdas yang menggambarkan kondisi kesehatan di Kabupaten Mimika itu secara resmi diumumkan dalam Diseminasi Hasil Riskesdas, Jumat (30/9/2022) yang dihadiri Plt Bupati Mimika, Johannes Rettob, SSos MM, Direktur PT Freeport Indonesia, Claus Wamafma, Kepala Dinas Kesehatan Mimika, Reynold Ubra, Ketua Komisi C DPRD Mimika, Aloisius Paerong dan Forkopimda, pimpinan OPD dan para kepala Puskesmas.

Riskesdas adalah program Kementerian Kesehatan yang dilakukan dalam skala nasional setiap lima tahun sekali. Namun untuk skala kabupaten, Mimika merupakan daerah pertama yang melakukan Riskesdas pada tahun 2021 dengan mengembangkan hasil Riskesdas Indonesia 2018, termasuk dalam penentuan sampel, penggunaan sampel, indikator, serta kuesioner penelitian pada tahun 2018.

“Riskesdas Mimika 2021 ini melengkapi hasil Riskesdas 2018 di tingkat provinsi dan nasional. Kami meyakini, hasil riset ini akan membantu masyarakat Mimika merasakan peningkatan kualitas kesehatan melalui perencanaan program kesehatan yang lebih terpadu dan terintegrasi dari seluruh pemangku kepentingan di Mimika,” kata Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Mimika Reynold Ubra.

Secara umum, Riskesdas Mimika 2021 meneliti status kesehatan masyarakat, prevalensi penyakit menular dan tidak menular, akses layanan kesehatan, kondisi sanitasi lingkungan, dan perilaku kesehatan masyarakat Mimika dibandingkan dengan hasil Riskesdas 2018 tingkat provinsi dan nasional. Reynold Ubra mengungkapkan, saat ini 70 persen masyarakat di Kabupaten Mimika mudah untuk mengakses fasilitas kesehatan.

Terkait dengan prevalensi penyakit menular dan tidak menular, hasil Riskesdas Mimika 2021 menunjukkan bahwa prevalensi berbagai jenis penyakit di Mimika seperti hepatitis, diare, HIV, asma, kanker, diabetes, penyakit jantung, hipertensi, stroke, dan ginjal kronis lebih rendah dari prevalensi secara umum di Papua tahun 2018.

Hanya prevalensi malaria, penyakit ISPA, dan tuberkulosis paru-paru di Mimika yang lebih tinggi dari prevalensi secara umum di Papua. Sementara angka stunting pada anak balita dan batita di Mimika pun lebih rendah dibanding hasil Riskesdas 2018 pada penduduk Papua. Dimana Mimika masih menjadi penyumbang kasus malaria tertinggi di Papua bahkan Indonesia. Proporsi penduduk yang pernah terdiagnosis malaria sebesar 24 persen.

Temuan ini sejalan dengan upaya Dinkes Mimika menekan angka prevalensi berbagai penyakit, terutama malaria, dengan melibatkan berbagai pemangku kepentingan seperti PTFI. Sejak tahun 1994, Dinas Kesehatan Mimika dan PTFI telah menjalankan program pencegahan dan penanganan malaria, seperti penyuluhan, pemberian kelambu, penyemprotan, dan pemberian pengobatan malaria bagi masyarakat Mimika.

Selain itu, kemitraan juga terlaksana melalui pemberian pelayanan kesehatan gratis di Rumah Sakit Mitra Masyarakat dan sejumlah klinik serta pengiriman tenaga kesehatan dengan kapal dan pesawat ke daerah terpencil secara berkala.

“Hasil Riskesdas Mimika 2021 mempertegas program kesehatan yang selama ini dilakukan dengan kolaborasi antara Dinas Kesehatan Kabupaten Mimika, PT Freeport Indonesia, Yayasan Pengembangan Masyarakat Amungme dan Kamoro (YPMAK) yang menerima dana investasi sosial PTFI, dan mitra, serta pemangku kepentingan lain, khususnya dalam penanganan malaria dan peningkatan kualitas kesehatan ibu dan anak,” kata Presiden Direktur PTFI, Tony Wenas.

“Program kemitraan ini dilakukan sesuai dengan prioritas kebutuhan masyarakat Mimika dari aspek kesehatan. Dukungan PTFI dalam Riskesdas Mimika 2021 ini adalah komitmen kami sebagai perusahaan tambang berkelas dunia yang peduli terhadap praktik-praktik pertambangan yang aman dan berkelanjutan, serta untuk dapat berkontribusi dalam pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) Kabupaten Mimika, dan Tanah Papua,” sambung Presiden Direktur PTFI Tony Wenas.

Dinas Kesehatan Mimika bersama PTFI dan PIKAT Universitas Udayana melakukan penelitian ini sejak November 2021 hingga Juni 2022, melibatkan 10.502 orang sampel dari 3.105 rumah tangga di 30 desa/kampung di Mimika. Penelitian dilakukan menggunakan metode potong lintang dan non-intervensi, melibatkan 154 tenaga pengumpul data yang terlatih dan berpengalaman.

“Kami melaksanakan penelitian ini menggunakan metode yang sesuai dengan kebutuhan penelitian, ditambah dengan penerapan kaidah etika penelitian, termasuk untuk menjamin kesukarelaan masyarakat dan menjaga kerahasiaan data. Bagi dunia akademis, Riskesdas Mimika 2021 akan menjadi rekomendasi dan advokasi kebijakan kesehatan, dasar evaluasi kebijakan pembangunan, dan dasar pembanding kegiatan penelitian berikutnya,” kata Prof. dr. Pande Putu Januraga, M.Kes., DrPH sebagai Ketua PIKAT Universitas Udayana.

Plt Bupati Mimika, Johannes Rettob, SSos MM mengapresiasi PTFI yang telah mendukung dan bekerjasama dengan Pemkab Mimika melakukan Riskesdas. Menurutnya, hasil riset sangat penting untuk dijadikan bahan penyusunan perencanaan pembangunan di segala sektor agar masyarakat sehat dan sejahtera.

Ia menekankan, peranan instansi di bidang kesehatan hanya 25 persen selebihnya 75 persen perlu intervensi lintas sektor baik itu infrastruktur, ekonomi dan lainnya.(*)

Sumber: Pojok Papua Read More

Pos terkait