OPINI: Waspada Penyakit DBD di Musim Hujan

Oleh: dr. Gio Vano B K Naihonam

Musim penghujan telah dimulai sejak beberapa pekan terakhir. Selain banjir, ada lagi hal yang patut diwaspadai masyarakat selama musim penghujan yaitu Demam Berdarah Dengue atau biasa disingkat DBD.

Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit menular akibat infeksi virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus.

Penularan virus dengue hanya dapat terjadi melalui perantara gigitan kedua nyamuk tersebut yang berperan sebagai vektor. Sehingga penularannya tidak dapat terjadi secara langsung antar manusia tanpa melalui perantaraan gigitan nyamuk Aedes tersebut.

Nyamuk Aedes sebagai vektor virus dengue menghasilkan 100-200 butir telur sekali bertelur, yang akan berkembang menjadi nyamuk dewasa dalam waktu 7-10 hari. Daur hidup ini memerlukan media air bersih, seperti air di bak mandi.

Apabila tidak mendapat air, maka telur-telur nyamuk akan mengering dan menempel di pinggir dinding tempat genangan air seperti bak mandi dan dapat bertahan hingga enam bulan. Saat musim hujan tiba telur akan lebih cepat menetas.

Dengan bantuan air, telur yang tadinya mengering dan telah bertahan selama enam bulan pasti menetas semua¸ inilah alasan mengapa musim penghujan umumnya menjadi puncak angka kejadian Demam Berdarah Dengue.
Gejala yang khas dari Demam Berdarah Dengue adalah demam tinggi yang muncul secara mendadak, rasa sakit kepala yang berat dan nyeri di belakang bola mata.

Mual, nyeri ulu hati, hingga muntah merupakan gejala lain yang juga kerap ditemukan pada penyakit ini. Oleh karena demamnya yang tinggi, pasien DBD akan merasa lemah dan nyeri di seluruh tubuh, rasa linu-linu pada tulang, punggung hingga hilangnya nafsu makan.

Pasien yang terinfeksi oleh virus dengue, akan mengalami tiga fase perjalanan penyakit. Dari hari pertama sampai dengan hari keempat adalah fase demam, dimana pada fase demam keluhan demam dan keluhan penyerta lainnya akan dirasakan berat dan sangat mengganggu pasien.

Selanjutnya pasien akan memasuki fase kritis pada sekitar hari kelima sampai hari ketujuh. Pada fase ini keluhan yang sebelumnya amat mengganggu dirasakan akan relatif berkurang dan membaik. Hanya saja, pada fase ini trombosit pasien justru dapat turun dengan cepat dan risiko gangguan pada pembuluh darah di seluruh tubuh akan meningkat.

Sehingga pada fase kritis ini, kejadian syok (turunnya tekanan darah) dan risiko perdarahan akan meningkat apabila tidak dipantau dan ditangani dengan ketat. Apabila fase ini dapat dilewati dengan baik, selanjutnya pasien akan memasuki fase penyembuhan yang ditandai dengan kembali meningkatnya trombosit dan kondisi tubuh yang kian membaik.

Hingga saat ini kunci dari penangangan DBD adalah kewaspadaan dini, pemberian cairan per oral hingga infus, obat-obatan untuk mengurangi keluhan dan pemantauan ketat untuk mencegah terjadinya risiko komplikasi. Sehingga pemahaman dan kewaspadaan mengenai bahaya penyakit DBD secara dini menjadi kunci dari keberhasilan penanganannya guna mencegah terjadinya komplikasi kesakitan hingga kematian.

Hal-hal yang dapat dilakukan untuk mencegah penyebaran dan penularan DBD yakni dengan menerapkan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) 3M Plus, yakni menguras dan menyikat tempat-tempat penampungan air, menutup rapat-rapat tempat penampungan air, dan memanfaatkan atau mendaur ulang barang-barang bekas yang dapat menampung air hujan.

Ini ditambah dengan menambahkan insektisida atau larvasida di tempat yang berpotensi munculnya jentik nyamuk. Memberantas telur dan jentik nyamuk, misalnya dengan memelihara ikan berkepala timah sebagai predator jentik nyamuk, pengasapan atau fogging insektisida tetapi harus dilakukan secara hati-hati.

Penulis adalah dokter umum di RS Ibnu Sina Jakarta.

Ditinjau oleh: Sevianto Pakiding

(Opini merupakan pendapat atau gagasan penulis yang dikirim ke Redaksi Seputar Papua. Keseluruhan tulisan/konten menjadi tanggungjawab penulis)

Artikel ini telah tayang di seputarpapua.com
LINK SUMBER : OPINI: Waspada Penyakit DBD di Musim Hujan

Pos terkait