Sore itu, Minggu (7/8/2022), pelangi hiasi langit Mimika, namun hujan rintik-rintik masih tetap menjadi klasik selama beberapa waktu ini.
Seorang Pemuda mengenakan baju merah bertuliskan 77 Indonesia Bisa. Di lehernya terikat bendera yang dijadikan syall, berteriak keras melalui mic yang disambung ke Toa di Jalur 1, Kampung Mulia Kencana, SP7, Distrik Iwaka, Kabupaten Mimika, Provinsi Papua Tengah.
Papua…. Indonesia….NKRI Harga Mati…. Begitu teriakan-teriakan yang juga diikuti oleh ratusan anak-anak dengan ikatan merah putih di kepala dan pipi dihiasi stiker merah putih.
Ternyata mereka sedang mengadakan perlombaan makan kerupuk. Terlihat ramai dan meriah.
Pemuda yang membuat hiruk pikuk teriakan NKRI itu adalah Iwan Gunawan, seorang pria yang datang ke Timika dengan program Transmigrasi tahun 1992 bersama orang tuanya yang nekat hidup tanpa listrik, jalanan becek tanpa transportasi dan kehidupan yang jauh dari kata layak saat itu.
Tidak sia-sia 30 tahun berjuang mengikuti program pemerintah tersebut akhirnya bebuah manis. Saat ini ia bisa menjadi seorang yang cukup sukses untuk menghidupi dua anak dan satu istrinya.
Iwan Gunawan (baju merah) saat memberikan semangat kepada peserta lomba di Kampung Mulia Kencana SP7 (Foto: Kristin Rejang/Seputarpapua)
Semarak Hari Ulang Tahun (HUT) Republik Indonesia memang sudah menjadi hal yang wajib bagi Iwan untuk menggaungkan dan membuat ramai Kampung Mulia Kencana tersebut.
Mulai dari membuat berbagai macam perlombaan hingga mengadakan karnaval. Ini dilakukan dengan menggunakan dana pribadi.
Meskipun terlihat sederhana, namun Iwan Gunawan melakoni ini sejak tahun 2015 dan tidak pernah pudar semangat tersebut.
“Saya sangat bangga karena menjadi anak transmigrasi, saya bisa memberikan yang terbaik untuk kampung saya yang dulu rasanya mungkin pahit saat baru datang namun saat ini semakin berkembang dan menjadi bangga sehingga jika dengan sukarela saya menyemarakan kemerdekaan ini menurut saya sangat penting sekali,” kata Iwan.
Iwan mengaku dirinya selalu merasa dari hatinya terdalam setiap HUT RI harus bisa mengadakan perlombaan dan menyemarakan hari sukacita tersebut dengan mengundang ratusan anak-anak di SP7 untuk ikut.
“Setiap HUT RI biasanya rasa seperti mendidih, pokonya bagaimanapun caranya harus bisa memeriahkan sesuai kemampuan saya. Karena kalau sekedar memperingati saya kira saya siap, kan bukan berjuang dengan nyawa, tapi untuk memberikan semangat dan edukasi kepada anak-anak tentang NKRI,” ucapnya.
Sebagai warganegara yang menjunjung rasa nasionalismenya, dirinya mengatakan tidak menjadi hal yang berat untuk bisa sukarela menggaungkan tentang NKRI dan tentunya dengan dukungan istri tercinta.
“Tujuan saya adalah agar anak-anak kita berikan edukasi bahwa ini adalah hal sakral, penting yang harus dirayakan agar lebih cinta dengan NKRI. Karena anak-anak tingkat SD dan SMP harus diberikan edukasi . Semangat saya tidak akan pudar meskipun kadang dipandang sebelahmata, namun menurut saya selagi di jalan yang benar tetap saya lakukan,” ucapnya.
Tahun ini, ia mengadakan perlombaan makan kerupuk, sepeda santai, panjat pinang, goyang Tiktok, makan nasi goreng, lari kelereng, masukan paku dalam botol dan karnaval.
Semua ini disiapkan oleh dirinya dan sang istri, mulai dari dekorasi hingga hadiah-hadiah.
“Kalau Karnaval nanti tanggal 16 jadi anak-anak kami kasih kebebasan berekspresi dengan budaya lokal yakni Papua lalu menghias dengan berbagai tema NKRI nanti tanggal 17nya setelah upacara bendera ada perlombaan panjat pinang,” jelasnya.
Lewat perlombaan ini juga dirinya secara pribadi ingin menciptakan re-generasi yang nantinya bisa memimpin semarak HUT RI sehingga dalam kegiatan tersebut ia melibatkan beberapa anak asli Papua yang dibentuk menjadi panitia kecil.
“Jadi mereka saya ajar bagaimana menjadi pemimpin, memimpin satu kegiatan, tujuan saya ada regenerasi kedepannya mereka yang akan menjadi pemimpin disini agar anak-anak bisa maju dan membuat seperti ini kedepannya. Minimal tiga atau empat anak tiap tahun bisa tampil,” pungkasnya.
Artikel ini telah tayang di seputarpapua.com
LINK SUMBER : Nasionalisme Iwan Gunawan, Pemuda Transmigrasi di Timika