Minuman Keras Lokal Boplas Beredar Luas di Mimika Timur

Kepala Distrik Mimika Timur Bakri Athoriq (kiri) dan Kapolsek Mimika Timur, AKP Matheus Ate (kanan) (Foto:salampapua.com/Jefri)

SALAM PAPUA (TIMIKA) – Kepala Distrik Mimika Timur (Miktim) Bakri Athoriq mengungkapkan bahwa saat ini minuman dalam kemasan botol plastik (Boplas) atau biasa dikenal sebagai Minuman Keras Lokal (Milo) beredar luas di wilayahnya tersebut.

Boplas ini dijual dengan harga murah, berkisar Rp 10 ribu hingga Rp 50 ribu, sehingga banyak masyarakat yang tergiur untuk membelinya.

“Boplas banyak yang suka konsumsi karena memang murah dan juga banyak sekali penjualnya. Kami bersama dengan pihak Kepolisian dan TNI sudah beberapa kali turun lapangan untuk melakukan Sidak namun barang bukti tidak pernah ditemukan,” kata Bakri kepada wartawan di halaman kantor Distrik Mimika Timur, Rabu (9/11/2022).

Banyak warga yang memproduksi Boplas tersebut karena keuntungan yang didapat sangatlah banyak.

“Untuk mereka yang produksi Boplas hanya dengan modal Rp 100 ribu bisa dapat keuntungan sampai Rp 1 juta, makanya banyak yang tergiur. Tapi kami tidak akan tinggal diam kami terus menggali informasi untuk memberantas Miras di Miktim,”kata Bakri.

Pada waktu yang berbeda, Kapolsek Mimika Timur, AKP Matheus Ate juga membenarkan banyaknya minuman Boplas atau Milo yang kini beredar luas di Miktim.

Milo yang diproduksi di Miktim rata-rata dilakukan oleh masyarakat non Papua kemudian dijual kepada masyarakat Papua.

“Informasi yang kami kembangkan, Milo di produksi dari hasil campuran fermipan, Gula Pasir, Autan kemudian dilarutkan dalam wadah yang berisikan air kali, disimpan selama beberapa hari, selanjutnya dilakukan penyulingan dan hasilnya Milo yang dikonsumsi masyarakat,” ujarnya.

Dia berharap seluruh pemangku kepentingan juga memiliki rasa kepedulian untuk memberantas Milo di Miktim, sehingga generasi muda dan masa depannya dapat diselamatkan. Efek dari minuman keras ini, banyak sekali kekerasan seksual dan kekerasan di dalam rumah tangga sering terjadi.

“Lebih parahnya masyarakat kita lebih suka menyembunyikan pelaku produksi Milo. Ketika kami melakukan sweeping ke lapangan, masyarakat yang ditanya tidak mau mengaku tentang keberadaan pelaku yang memproduksi Milo tersebut. Ini salah satu kesulitan kami untuk menemukan para pelaku produksi Milo karena kurangnya kerjasama dari masyarakat,” tutur Matheus.

Wartawan: Jefri Manehat

Editor: Jimmy

Sumber: SALAM PAPUA Read More

Pos terkait