Tampak jualan Mama-Mama Papua di Pasar Sentral Timika (Foto:salampapua.com/Evita)
SALAM PAPUA (TIMIKA) – Para pedagang khususnya Mama-Mama Papua di Pasar Sentral Timika, Papua Tengah, harus tetap berjuang menghadapi kerasnya kehidupan dengan usaha mereka berjualan yang sering “besar pasak sari pada riang” bahkan ada yang tidak pulang saat dagangannya tidak habis terjual.
Penjual Lengkuas dan sayur di Pasar Sentral Timika, Mama Lingse mengatakan penghasilan dari jualannya sering tidak seimbang dengan pengeluaran untuk membayar ojek yang tarifnya sudah naik, begitu juga dengan harga beras.
“Kami ini susah sekali, kita sudah jual hasil kebun dengan harga murah tapi kadang-kadang dorang tawar, kasihan bawa jualan ini saja pake (pakai) ojek,” ujarnya kepada salampapua.com, Selasa (28/2/2023).
Ia pun mengaku bahwa hasil jualan sayur banyak dipakai untuk bayar ongkos ojek.
“Bayar ojek ini dari Kwamki Narama ke pasar saja Rp 25 ribu, kita bolak-balik sudah Rp 50 ribu, sisa dari itu baru saya belanja kebutuhan lain. Jadi memang tidak cukup,” ungkapnya.
Dia menceritakan, bila jualannya laris habis terjual bisa memperoleh Rp 300 ribu perhari tapi kalau sepi hanya mendapat Rp 100 ribu per harinya.
“Tong taruh harga sayur paling mahal hanya Rp 10 ribu, itu juga masih ditawar,” keluhnya.
Senada dengan Mama Lingse, Penjual Keladi, Yuliana yang tinggal di Jalan Trans Nabire mengatakan bahwa dirinya sering bermalam di Pasar Sentral Timika jika jualannya tidak laku.
“Kami ini yang tinggal di Jalan Trans Nabire hanya menunggu orang beli, kalau tidak laku ya.. kita tidur di sini sampai laku baru pulang,” tuturnya.
Wartawan: Evita
Editor: Jimmy
Sumber: SALAM PAPUA Read More