Kasus Malaria dan ISPA Tertinggi di Puskesmas Timika Jaya

Kepala Puskesmas Timika Jaya, Maria Yosinta Rahangiar (Foto:salampapua.com/Yosefina)

SALAM PAPUA (TIMIKA) – Kasus malaria dan infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) tertinggi terdapat di Puskesmas Timika Jaya.

Hal ini diungkapkan Kepala Puskesmas Timika Jaya, Maria Yosinta Rahangiar ketika ditemui wartawan di Timika, Selasa (6/9/2022).

Menurutnya tingginya kasus malaria dan ISPA tahun ini tidak jauh berbeda dengan tahun lalu, hanya saja saat ini untuk pengobatan malaria menggunakan obat Dihydroartemisinin, Piperaquine phosphate (DHP-Frimal) atau lebih dikenal masyarakat dengan obat biru di Puskesmas tersebut lebih diprioritaskan untuk ibu hamil, anak-anak dengan berat badan di bawah 30 kilogram, bayi dan Balita.

“Obat biru di Puskesmas terbatas jadi difokuskan untuk anak dengan berat badan di bawah 30 kilogram, bayi, Balita dan ibu hamil. Selain dari itu kita kasih pil Kina,” terangnya.

Dijelaskan, kasus malaria yang ditangani di Puskesmas tersebut selain malaria tertiana dan tropikana, ada juga malaria kuartana.

Malaria tropikana disebabkan oleh plasmodium falciparum dengan timbul demam tidak menentu, Malaria tertiana disebabkan oleh plasmodium vivax dengan demam timbul secara periodiknya setiap 48 jam, sedangkan Malaria kuartana disebabkan oleh plasmodium malariae dengan demam secara periodiknya setiap 72 jam.

“Penanganan ketiga jenis malaria ini sama, obatnya juga sama,” ujar Maria.

Dikatakan, untuk pasien malaria yang tidak mau minum pil Kina pihaknya menyarankan untuk berobat dan membeli obat biru di klinik.

“Kalau di klinik obat biru harus beli karena pihak klinik juga membeli obat biru. Selain itu kita juga sarankan untuk konsumsi obat tradisional seperti daun pepaya, daun afrika dan daun sambiroto,” sebutnya.

Mantan Kepala Puskesmas Timika ini menyebutkan selain melakukan pengobatan, pihaknya juga selalu memberikan edukasi kepada pasien malaria untuk menjaga kesehatan dengan berpola hidup sehat.

Puskesmas Timika Jaya juga sudah menerapkan kartu malaria untuk mendukung program pojok malaria, yakni program pendampingan minum obat pertama akan dilakukan langsung oleh petugas di tempat serta pengontrolan pasien dengan memberikan kartu kontrol bagi pasien malaria yang berobat.

“Program pojok malaria dalam penerapannya akan terus dievaluasi guna melihat sejauhmana fungsi kontrol serta melihat kepatuhan penderita malaria dalam meminum obat hingga tuntas,” pungkasnya.

Wartawan: Yosefina

Editor: Jimmy

Sumber: SALAM PAPUA Read More

Pos terkait