Jeritan Warga Iwaka: Tujuh Tahun Langganan Banjir, Jadi Sasaran Sampah se-Timika

TIMIKA | Setiap tahun warga Iwaka, Kabupaten Mimika menjadi langganan banjir. Musibah musiman itu datang di antara bulan Juli-Agustus.

Ketika banjir datang setinggi pinggang orang dewasa, warga baik orang tua, dewasa, anak-anak, hingga bayi harus mengungsi sementara ke badan jalan setelah rumah mereka tergenang air.

Di wilayah RT 3, 4 dan 5 Kampung Iwaka terdapat dua sungai cukup besar. Setiap hujan deras dengan intensitas tinggi melanda, sungai tersebut selalu meluap dan menggenangi rumah warga.

Banjir membuat rumah tak dapat dihuni. Halaman rumah nampak sejajar dengan sungai. Tersisa hanya jalan yang lebih tinggi dari posisi pemukiman warga.

Tercatat sejak 2015 hingga hari ini Rabu (18/8/2022), tujuh tahun sudah warga setempat menderita akibat banjir. Selama bertahun-tahun itu warga yang mayoritas orang Kamoro, suku asli Mimika bersabar.

Di balik kesabaran mereka, warga Iwaka juga sebenarnya sudah bosan dengan janji-janji tak terealisasi pemerintah, mulai dari pemerintah kampung, distrik hingga kabupaten.

“Kami minta kepada pemerintah lihat kami korban banjir terus, jangan cuma janji saja, janji, pesan akhirnya kami juga bosan juga dengan janji terus,” begitu kata salah satu masyarakat Iwaka, Herman Kumiyu, kepada wartawan di Kampung Iwaka, Rabu (18/8/2022).

Herman mengatakan, mereka adalah penduduk asli Mimika dan Kampung Iwaka juga merupakan kampung asli yang membutuhkan perhatian dari pemerintah yang memimpin di bumi Cenderawasih ini.

“Setiap banjir datang pasti kami berkemah saja di tengah tengah-jalan karena rumah sudah terendam, sehingga aktivitas masyarakat ya terpaksa harus tidur dan makan di jalan,” ucapnya.

Mereka juga merupakan masyarakat yang lahannya telah diserahkan ke pemerintah untuk dijadikan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah se-kota Timika namun harus menderita dengan situasi banjir.

“Kalau banjir juga banyak limbah yang lari kesini dan kami kena dampak, kami yang tadah sampah di Mimika ini. Untuk itu kami minta dengan hati yang tulus tolong bangun kami punya kampung dengan hati. Kami tidak minta banyak-banyak, kami masyarakat Indonesia mau sejahtera, tinggal tenang,” kata Herman.

Selain itu, masyarakat Iwaka juga menelan janji manis pemerintah karena pencanangan sebagai kampung wisata yang ‘katanya’ akan dikembangkan namun itu sama sekali tidak dirasakan warga.

“Kami harap jangan janji terus, percuma saja mau buat kampung pariwisata lah segala macam tapi tidak ada realisasi sama sekali. Padahal ini desa wisata tapi tidak ada nampak sebagai desa wisata,” ujarnya.

*103 Rumah Terdampak Banjir*

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Mimika telah melakukan pendataan di Kampung Iwaka pasca banjir, Kamis (18/8/2022).

Setelah mendapatkan informasi dari pihak Distrik Iwaka, BPBD Mimika langsung turun mendata berapa warga yang terkena dampak.

Sekertaris BPBD Moses Yarangga menjelaskan, ada sekitar 103 rumah yang terkena dampak bahkan bukan saja RT 3 dan 4 namun juga RT 5.

“Karena memang dua sungai di Iwaka ini memberikan dampak sekali, bahkan ini bukan karena hujan di Iwaka tapi karena hujan di atas (gunung) sehingga sungai meluap dan masuk ke Iwaka, setiap tahun memang selalu seperti ini,” katanya.

Dirinya juga mengakui bahwa pemerintah harus seriusi situasi ini. Namun pihak BPBD memiliki tupoksi hanya sebatas mendata warga yang terkena dampak, kemudian memberikan pertolongan jika warga terkena dampak yang serius.

“Kami setelah ini baru kami koordinasikan lagi laporkan dan kami koordinasikan lagi ke dinsos untuk bagaimana kami memberikan bantuan kepada mereka,” ujarnya.

Wabup Bicara Solusi

Wakil Bupati Kabupaten Mimika, Johannes Rettob yang meninjau situasi banjir di Iwaka mengatakan banjir yang terjadi akibat dari aktivitas pendangkalan sungai karena ada penggalian material (galian c) juga pohon-pohon yang ditebang.

“Ini terjadi karena pendangkalan sungai karena ada penggalian-penggalian material ini mengakibatkan bahwa dampak ini terjadi sampai ke muara. Jadi kalau terjadi di Iwaka sudah pasti Miyoko, Aikawapuka, Atuka juga kena,” kata Wabup.

Wabup mengatakan solusi yang harus dilakukan juga harus secara pelan-pelan dan satu per satu.

Misalnya untuk menyelamatkan Kampung Iwaka saja, salah satu sungai di Iwaka harus dibuat talud. Namun itupun tidak akan menyelesaikan di bagian Miyoko dan lainnya.

Sehingga menurutnya untuk menyelesaikan masalah ini harusnya dibuat masterplan seperti ada studi secara keseluruhan.

“Buat studi secara keseluruhan untuk bisa menyelamatkan semua masyarakat apa yang harus dilakukan sekarang, apakah galian c-nya kita tutup ataukah, ada cara lain, saya bukan ahli tapi kita harus datangkan konsultan yang harus menyelesaikan persoalan itu,” ungkapnya.

Dirinya juga berharap agar dinas PUPR dan instansi terkait bisa serius menangani situasi tersebut.

“Jangan setiap tahun kita hanya selesaikan secara parsial saja, tidak bisa, kita tidak bisa selesaikan secara parsial tapi harus tuntas. Caranya kita harus buat studi secara keseluruhan,karena ini dampaknya besar sekali, misalnya di PT PAL juga jalan bisa putus,” kata Wabup.

“Jadi solusinya cuman satu kita harus memetakan ini secara keseluruhan dan apa yang kita mau lakukan secara bertahap,” lanjutnya.

Dirinya juga mengakui bahwa pemerintah harusnya bisa seriusi tangani situasi tersebut sebab yang menjadi korban adalah masyarakat.

“Saya kira tahun lalu sudah ada masterplan untuk tangani ini tapi ternyata belum juga, tapi coba nanti kalian (media-red) pastikan ke kadis PUPR atau mungkin tanya ke Bappeda karena mereka yang banyak membuat rencana, ini sudah teknis sekali,” pungkasnya.

Berdasarkan pantauan Seputarpapua.com, sejak pukul 13.20 WIT, banjir di Kampung Iwaka sudah mulai surut. Warga juga sudah kembali ke rumah mereka untuk membersihkan lumpur-lumpur yang masuk ke rumah akibat banjir.

 

Artikel ini telah tayang di seputarpapua.com
LINK SUMBER : Jeritan Warga Iwaka: Tujuh Tahun Langganan Banjir, Jadi Sasaran Sampah se-Timika

Pos terkait