Ikut 15 Pekerja Bangunan Puskesmas, Banyak Warga Tinggalkan Distrik Paro ke Kenyam Karena Diancam KKB

Sakarias Dehubun, salah satu dari 15 pekerja bangunan Puskesmas di Distrik Paro, Kabupaten Nduga (Foto:salampapua.com/Acik)

SALAM PAPUA (TIMIKA) – Salah satu pekerja bangunan Puskesmas di Distrik Paro, Kabupaten Nduga, Sakarias Dehubun (32) menyebutkan banyak warga asli di daerah tersebut yang mengungsi ke Kenyam pasca mendapat ancaman dari Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB).

“Sangat banyak warga asli yang tinggalkan Paro dan ikut kami jalan kaki ke Kenyam. Ada yang jalan satu kelompok dengan kami. Di belakang kelompok kami itu banyak juga warga yang ikut dengan kelompoknya masing-masing,” ungkap Sakarius di ruang Humas Polres Mimika, Kamis (9/2/2023).

Sakarias merupakan salah satu dari 15 pekerja bangunan Puskesmas di Distrik Paro, Kabupaten Nduga, yang diancam KKB untuk segera tinggalkan Paro. 15 pekerja bangunan Puskesmas ini telah berhasil dievakuasi ke Timika oleh aparat gabungan TNI-Polri, pada tanggal 8 Februari 2023.

“Kami dapat ancaman sebelum tanggal 5 Februari. Kami diancam dan dikasih waktu hanya dua hari untuk tinggalkan Distrik Paro. Kami juga disuruh masyarakat lain, termasuk oleh kontraktor untuk tinggalkan Distrik Paro,” katanya.

Disampaikan bahwa tanggal 6 Februari, ia bersama 14 temannya dan beberapa warga Distrik Paro mulai berjalan kaki dari Paro ke Kenyam menyeberangi sungai besar menggunakan tali rotan, mendaki gunung dan turun lembah.

Dia melanjutkan, Sepanjang perjalanan, saat istirahat, ia bersama yang lainnya hanya makan mie mentah dan sempat makan daging ular yang dimasak masyarakat asli dengan cara bakar batu.

“Memang masyarakat asli itu bagi-bagi kami beras, tapi hanya diisi dalam tas,” katanya.

Kemudian Tanggal 7 Februari mereka tiba di atas gunung Wea dan sempat melihat adanya Pesawat Susi Air yang mendarat di lapangan terbang (Lapter) di Paro. Namun mereka tidak tahu kalau kemudian pesawat tersebut dibakar.

“Saat sampai di atas gunung tanggal 7 Februari. Sempat juga melihat Susi Air mendarat, tapi tidak lihat yang saat terbakar,” ujarnya.

Saat pagi hari, salah satu di antara mereka yang juga sebagai pekerja bangunan Puskesmas berupaya mendaki ke atas puncak gunung agar mendapatkan signal telepon selular. Bersyukur upaya tersebut berhasil, sehingga langsung menelpon Kapolres Nduga agar menjemput mereka di atas puncak gunung tersebut.

“Paginya tanggal 8 Februari, kami semua naik ke puncak gunung sesuai yang dijanjikan di telepon. Kami sempat tunggu satu jam sampai dia di situ, dan akhirnya helikopter datang. Kami diangkut dua kali. Setelah rombongan pertama, kami masih tunggu lagi sekitar dua jam dan kemudian dijemput,” ugnkapnya.

Sakarias mewakili beberapa rekannya mengaku sangat bersyukur dan berterimakasih kepada aparat TNI-Polri yang telah berjuang menyelamatkan mereka hingga tiba di Timika.

“Kami sangat bersyukur sekali adanya aparat TNI-Polri yang sudah membantu menyelamatkan kami,” tuturnya.

Wartawan : Acik

Editor : Jimmy

Sumber: SALAM PAPUA Read More

Pos terkait