Acara peresmian Pojok Kopi Papua di Rimba Papua Hotel Timika, Rabu (27/4/2022) (Foto:SAPA/Yosefina)
SAPA (TIMIKA)- PT Freeport Indonesia (PTFI) meresmikan Pojok Kopi Papua sebagai tempat bagi para pecinta kopi yang saat ini tersedia di Rimba Papua Hotel (RPH) dan Bandara Internasional Mozes Kilangin Timika.
Pojok Kopi Papua yang diresmikan di RPH, Rabu (27/4/2021), merupakan bentuk kerjasama dengan empat pebisnis kopi yakni Waanal Coffee & Resto, Moke Coffee, Nereg Cofee & Roastery, serta Amuro Coffee yang menyediakan berbagai macam kopi asli Papua yang ditanam dan diproduksi di Papua.
Kegiatan ini dihadiri sejumlah perwakilan dari Manajemen PTFI, Kepala Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan (Distanhorbun) Kabupaten Mimika, sejumlah barista dan tamu undangan lainnya.
Menjadi keunikan dari Pojok Kopi Papua adalah di mana penikmat kopi dapat meracik sendiri sesuai selera sesuai petunjuk penggunaan dan pembuatan misalnya menggunakan teknik V-60.
Director and EVP Social Responsibility & Community Development PTFI, Claus Wamafma menyampaikan momen peresmian Pojok Kopi Papua ini merupakan mimpi yang menjadi kenyataan, dalam artian dapat membuat semua pihak melirik Papua dengan mengembangkan produksi industri.
“Momen ini merupakan mimpi besar dan kolaborasi antara Pemkab Mimika dengan PT Freeport Indonesia,” sebutnya.
Saat ini, kata dia, Freeport dan Pemkab Mimika berkolaborasi mengembangkan lima komoditas unggulan di Mimika yakni Kakao, Kopi, Pinang, Kelapa dan Sagu.
Menurutnya, produksi kopi di Indonesia berdasarkan data statistik 2019 sebesar US600 juta dan 2021 US809 juta, jika dirupiahkan dengan Rp 14.000 untuk US1 dolar, maka sudah mencapai Rp 11 triliun.
“Produksi sebesar itu, Papua ambil Rp 2 triliun saja sudah sangat luar biasa,” ungkapnya.
Ke depannya, pihaknya akan mengundang petani-petani agar mengetahui dan memahami bahwa kebun kopi yang dirawat serta dipanen itu bisa sampai di sini dan dinikmati banyak orang.
Sementara itu, Kepala Distanhorbun Kabupaten Mimika, Alice Wanma mengatakan, Pemkab Mimika menyambut baik dukungan yang diberikan Freeport dalam membina dan mengembangkan petani-petani kopi, apalagi kopi ini adalah tanaman budidaya yang sangat cocok dengan iklim di Mimika sehingga dapat meningkatkan perekonomian masyarakat lokal.
“Data kami Tahun 2000 kopi sudah dibudidayakan di Distrik Tembagapura dan Hoeya dengan luas lahan kebun kopi 33 hektar, tapi ada kesulitan yang dihadapi terkait akses transportasi. Apalagi kopi tidak bisa bertahan lama sehingga kurang maksimal,” ucap Alice.
Namun dalam beberapa tahun ini Pemkab Mimika dengan Freeport sudah berkolaborasi dalam pengembangan ekonomi masyarakat untuk lima komoditas. Karena itu diharapkan kolaborasi program seperti ini dapat terus ditingkatkan, demi peningkatan perekonomian masyarakat.
“Ke depan selain membeli produk, kami juga membuat pembibitan sehingga masyarakat asli Papua lebih semangat dalam meningkatkan produktivitas. Mudah-mudahan tiga tahun ke depan produksinya bisa mencapai (angka) ton,” ungkapnya.
Di tempat yang sama, perwakilan pelaku usaha kopi dari Waanal Coffee & Resto, Steve Matulesy mengatakan, pihaknya sangat senang dengan program ini karena pelaku usaha diberikan kesempatan untuk memperkenalkan kopi Papua kepada penikmat kopi, karena menurutnya, selama ini yang terkenal adalah kopi dari Toraja maupun Aceh.
Melalui program ini, juga mengajarkan masyarakat untuk bisa membuat atau menyeduh sendiri kopi-kopi dengan citarasa tinggi misalnya dengan teknik V-60.
“Intinya kami senang sekali dan berharap kopi Papua lebih dikenal di kancah nasional maupun internasional,” ucapnya.
Wartawan: Yosefina
Editor: Jimmy R