TIMIKA, pojokpapua.id – Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Mimika mencatat persediaan hewan kurban untuk perayaan Idul Adha sebanyak 847 ekor. Hal itu diungkapkan Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Mimika, drh Sabelina Fitriani ketika ditemui ketika melakukan pemeriksaan hewan kurban Selasa (27/6/2023).
Sabelina merincikan, dari total 847 ekor tersebut 525 ekor diantaranya adalah sapi. Dimana sebagian besar sapi masih didatangkan dari Maluku sebanyak 374 ekor dan sapi lokal hanya 151. Kemudian 284 ekor kambing dan 38 ekor domba. Menurutnya, persediaan ini sudah bisa memenuhi kebutuhan hewan kurban karena diprediksi kebutuhan pemotongan tahun ini sebanyak 400 ekor.
Sebelum dijual kepada masyarakat, Disnak Keswan Mimika melakukan pemeriksaan ante mortem untuk melihat kondisi fisik hewan apakah mengalami cacat seperti patah tulang. Dari hasil pemeriksaan memang didapati ada beberapa yang tidak layak.
Pemeriksaan post mortem saat pemotongan akan dilakukan lagi untuk memastikan apakah daging layak dikonsumsi atau tidak. “Jadi akan dicek organ dalam kemudian daging bagaimana apakah sudah sesuai pada waktu kita periksa sebelum dan sesudah. Kalau kita periksa sebelum pemotongan sehat kita berharap sesudah pemotongan juga dia tetap sehat,” jelas Sabelina.
Tahun ini lanjut Sabelina, peternak sudah bisa memasok sapi dari luar Papua untuk memenuhi kebutuhan Idul Adha. Tahun lalu hanya bisa dari daerah di Papua karena adanya wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK). Tapi dengan menurunnya kasus PMK maka tidak ada lagi pembatasan.
Namun bukan berarti pemasukan sapi dibebaskan begitu saja. Tahun ini sapi didatangkan dari Maluku dengan persyaratan yang ketat. Harus tetap bebas PMK berdasarkan hasil uji lab Pusat Veteriner Farma Surabaya. Kemudian pengujian brucellosis di Balai Veteriner Maros.
Setelah hasil pengujian keluar, dinas mengeluarkan rekomendasi dan surat pengantar ke provinsi untuk mendapatkan rekomendasi dari provinsi. “Jadi tidak mudah datangkan ternak. Dia melalui prosedur yang cukup ketat. Selain pemeriksaan fisik ada pemeriksaan lab. Kita berharap sapi yang dimasukkan tidak berdampak pada sapi lokal dan memang harus dipotong,” terangnya.
Pemasukan sapi dari Maluku diperketat karena brucellosis di daerah tersebut masih tinggi dengan prevalensi 4 persen. Jadi semua sapi yang didatangkan, semuanya harus dipotong tidak untuk dikembangbiakkan karena bisa menjadi carrier yang menularkan ke sapi betina. Akibatnya adalah keguguran pada sapi betina. Bahkan penyakit ini juga bisa menular ke manusia tapi dampaknya bukan abortus.
Sabelina menyebut, Mimika masih sangat tergantung pada sapi dari luar karena persediaan lokal masih sangat terbatas. Populasi sapi di Mimika diperkirakan hanya sekitar 400 ekor itu merupakan sapi jantan, betina dan pedet. Sementara kebutuhan daging sapi setiap bulan dibutuhkan 200 ekor, itu di luar hari raya. Kebutuhan bahkan meningkat dua kali liat saat hari raya. “Jadi sekarang dinas lagi upaya peningkatan populasi jadi dari tahun lalu sudah pembagian ternak sapi dalam upaya peningkatan ternak sapi,” ungkapnya.(*)
Sumber: Pojok Papua Read More