Basarnas Catat 30 Orang Tidak Ditemukan karena Kecelakaan Laut di Perairan Arafura

TIMIKA – Kantor Pencarian dan Pertolongan atau Basarnas Timika mencatat dalam kurun waktu empat bulan terakhir, terjadi beberapa kecelakaan di wilayah perairan Arafura khususnya di wilayah Mimika, Asmat dan Kaiman yang mengakibatkan sekitar 30 orang hilang atau tidak ditemukan hingga saat ini.

Kepala Kantor Pencarian dan Pertolongan Timika, George M Randang yang ditemui Rabu (5/10/2022) mengungkapkan kondisi cuaca di wilayah perairan Arafura memang cukup ekstrim dan kadang berubah secara tiba-tiba. Sehingga sangat rawan terjadinya kecelakaan transportasi laut.

Apalagi masyarakat yang menggunakan transportasi laut sebagian besar adalah perahu yang belum dilengaki sistem keamanan yang memadai atau belum standar. Ini yang menyebabkan banyaknya korban tidak selamat ketika terjadi insiden.

George mengungkapkan, akhir-akhir ini kecelakaan laut khususnya di wilayah kerja SAR Timika mulai dari Asmat, Timika dan kaimana cukup banyak. Korban juga tidak sedikit. “Dalam empat bulan terakhir, data informasi kecelakaan dan belum ditemukan sudah ada hampir 30 orang yang belum ditemukan,” ungkapnya.

Merespon setiap insiden, Basarnas Timika melakukan operasi pencarian selama 7 hari. Tapi sebagian besar pencarian yang dilakukan di laut sangat sulit menemukan korban karena lokasi dan arus laut yang cukup deras sehingga membuat posisi kejadian bahkan pencarian bergeser ke beberapa arah.

Lokasi dengan insiden yang sering terjadi kecelakaan berada di wilayah perairan antara Timika dengan Asmat. Kadang juga di daerah antara Kaimana dan Timika. “Tetapi yang cukup tinggi mendominasi belakangan ini adalah dari Timika ke Asmat,” tandasnya.

Tingginya kasus kecelakaan laut yang menelan korban tidak sedikit, George mengimbau masyarakat untuk memperhatikan cuaca sebelum beralayar. Informasi cuaca ini bisa didapatkan dari BMKG. Kemudian menggunakan alat transportasi yang memenuhi standar minimal membawa alat keselamatan seperti pelampung dan alat komunikasi.

Masyarakat yang gunakan perahu tradisional pun bisa menggunakan jerigen kosong sebagai pengganti pelampung yang dikaitkan pada badan. “Jadi minimal digunakan bertahan. Kemudian alat komunikasi seperti hand phone dimasukkan dalam kantong plastik, karena kalau sudah jatuh dalam kantong plastik masih bisa digunakan,” jelasnya.

Adanya bantuan jaket pelampung dari PT Freeport Indonesia, ditambahkan George akan dibagikan Basarnas kepada masyarakat. Ada 800 jaket pelampung yang akan dibagikan kepada masyarakat. Setiap distrik mendapatkan 100 buah jaket pelampung. Bahkan ada 50 yang bisa dipinjamkan kepada masyarakat yang hendak berlayar.(*)

Sumber: Pojok Papua Read More

Pos terkait