Banjir Tak Kunjung Surut, Warga Salor Merauke Minta Pengerukan Drainase

MERAUKE, seputarpapua.com – Warga terdampak banjir di empat (4) kampung di Salor Distrik Kurik, Kabupaten Merauke meminta bantuan pengerukan drainase oleh pemerintah menggunakan alat berat berupa ekskavator untuk mengurangi genangan air.

Mengingat, sudah dua pekan genangan air tak kunjung surut akibat luapan air di Kali Kumbe. Genangan air setinggi 1 meter masih merendam ratusan hektar sawah dan areal pemukiman warga di Kampung Telaga Sari, Wapeko dan Sumber Rezeki.

“Kami butuh alat berat untuk pengerukan drainase (parit). Kami mohon pemerintah bantu kami, untuk mengurangi genangan air ini,” ungkap seorang warga Telaga Sari, Dedi Susanto saat berdialog langsung dengan Pj. Gubernur Papua Selatan, Apolo Safanpo, Rabu (15/5/2024).

“Ada sejumlah parit di kampung ini yang tersumbat dan tidak pernah dibersihkan. Dan kalau parit itu dikeruk atau dibersihkan, tentu bisa menurunkan ketinggian genangan air ini. Sudah selama dua pekan, air tak kunjung surut-surut juga,” sambungnya.

Keluhan warga ini juga dibenarkan Kepala Kampung Telaga Sari, Trianto. Menurutnya, warga memang membutuhkan bantuan pemerintah untuk mengurangi genangan air di lokasi banjir. Warga berharap pemerintah segera memobilisasi alat berat untuk mengeruk sejumlah drainase yang tersumbat.

Trianto menyebutkan, di Kampung Telaga Sari terdata 468 kepala keluarga (KK) dengan jumlah penduduk 1.560 jiwa. Akibat air yang menggenangi rumah-rumah di sana, menyebabkan 80 persen warga mengungsi ke kampung tetangga. Selain itu, 950 hektar sawah juga terendam air.

“Warga kami mengungsi ke Kampung Salor Indah. Mereka ditampung di gedung serbaguna, pos pengungsian. Ada juga yang menumpang dengan keluarga di sana. Beruntungnya padi musim tanam pertama sudah dipanen, itu sekitar 80 persen yang dipanen. Hanya untuk tanam kedua warga tidak bisa menanam,” sebutnya.

Ia menambahkan, wilayah yang terdampak banjir di Kampung Telaga Sari sudah mencapai 100 persen. Fasilitas publik seperti sekolah, tempat ibadah, kantor pemerintahan kampung, semua diliburkan karena terdampak banjir.

“Warga sudah tidak bisa lagi beraktivitas sebagaimana biasa. Bahkan beberapa di antaranya sudah mengeluh sakit-sakit. Penyakit yang dialami itu adalah keluhan gatal-gatal, demam dan sebagainya,” tambah dia.

Sementara Kepala Kampung Sumber Rejeki, Bambang mengatakan terdapat 48 kepala keluarga yang terdampak banjir di kampung itu. Beberapa keluarga dievakuasi Balai Kampung Salor Indah, sisanya bertahan di rumah mereka. Di pos penampungan itu, pemerintah kampung juga menyediakan dapur umum dan fasilitas ala kadarnya.

“Di sini ada 203 KK, dengan jiwa sekitar 500 orang. Yang terdampak banjir ada 48 KK. Empat hari terakhir tidak turun hujan, tapi debit air terus naik setiap harinya. Kami coba memantau air di sejumlah titik secara manual, dan rata-rata air naik sekitar 3-4 centimeter per harinya,” ungkap Bambang.

Perihal aktivitas pertanian, lanjut Bambang, warganya hanya bisa memanen sekitar 30 persen dari musim rencengan (musim tanam pertama). Sementara musim tanam kedua tahun ini hanya 30 persen lahan yang bisa digarap, karena sebagian besar lahan sawah sudah terendam air.

“Sekitar 70 persen lahan yang tidak bisa dipanen dan digarap kembali, karena sudah terendam air. Kami bersyukur ada bantuan dari pemerintah daerah baik itu dari kabupaten maupun provinsi serta instansi-instansi terkait,” tutupnya.

Kepala Distrik Kurik, Mariana Belekubun merincikan ada 4 kampung yang dilanda banjir, yakni Sumber Mulia, Telaga Sari dan Wapeko. Kampung yang terdampak sangat parah adalah Telaga Sari dan 1.500 jiwa telah mengungsi ke wilayah yang aman

“Ada 13 kampung di Distrik Kurik. Namun yang dilanda banjir yaitu Kampung Sumber Mulia yang sekarang sudah mulai surut airnya. Terus yang parah itu Telaga Sari, Sumber Rejeki dan Wapeko. Di Sumber Rejeki sekitar 40an keluarga yang terdampak, di Wapeko sekitar 10 keluarga,” rincinya.

Mariana Belekubun mengatakan pemicu banjir di wilayah Kurik itu disebabkan air Kali Kumbe yang meluap. Beberapa hari terakhir tidak turun hujan di wilayah distrik itu, hanya saja diperkirakan hujan di daerah hulu menyebabkan air sungai meluap dan banjir.

Salah satu warga Telaga Sari, Junaedi mengkritisi alih fungsi lahan di Kabupaten Merauke. Pembukaan lahan besar-besaran untuk perkebunan dan industri diduga menjadi penyebab banjir. Pemerintah diminta mengkaji ulang investasi perkebunan, termasuk analisis mengenai dampak lingkungan (amdal).

“Banjir di wilayah kami ini karena air kiriman dari atas (hulu yang sebagian besar merupakan area perusahaan perkebunan). Akibat pembukaan lahan besar-besaran itu mengakibatkan kami yang terdampak banjir,” tutur Junaedi.

“Jadi pemerintah kalau ada investor yang mau masuk beroperasi tolong diperhatikan Amdal dan lain-lain sebagainya. Itu tolong dikaji ulang. Karena hutan kita nantinya akan semakin gundul, kita juga akan semakin tenggelam,” tutupnya.

 

Artikel ini telah tayang di seputarpapua.com
LINK SUMBER : Banjir Tak Kunjung Surut, Warga Salor Merauke Minta Pengerukan Drainase

Pos terkait