TIMIKA | Komisi B Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Mimika melakukan rapat dengar pendapat (RDP) bersama Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan serta Dinas Pertanian, Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Perkebunan mengenai harga pakan ayam yang tinggi di Mimika.
Rapat digelar di ruang serba guna Kantor DPRD Mimika, Jalan Cenderawasih, Kabupaten Mimika, Provinsi Papua Tengah, Jumat (10/3/2023).
Ketua Komisi B Nurman Karupukaro menyebut topik pembahasan didalam RDP yakni keluhan para peternak ayam petelur maupun ayam potong yang sulit mendapatkan pakan dengan harga yang terjangkau.
Menurut Sekretaris Komisi B DPRD Mimika, Rizal Pata’dan, persoalan tingginya harga pakan di Mimika mempengaruhi penghasilan serta daya saing pengusaha lokal dengan pengusaha dari luar Mimika.
Akibatnya, harga ayam potong yang dijual pengusaha lokal akan lebih mahal ketimbang ayam potong yang dikirim dari luar Mimika.
Rizal menyebut prihatin dengan kondisi peternak di Mimika, sebab harus memikirkan harga pakan dan bersaing dengan pengusaha besar yang mengimpor ayam beku dari luar Mimika.
“Banyak pengusaha besar yang masuk Timika membawa ayam beku yang dijual dengan harga yang lebih murah. Kita harus membantu para peternak kita, memberikan solusi bagaimana agar peternak kita bisa bersaing,” kata Rizal.
Berdasarkan pengalaman studi banding, kata Rizal, beberapa daerah di luar Mimika telah menerapkan pembuatan pakan ternak sendiri untuk membantu peternak lokal.
Dijelaskan, bahan baku pakan menggunakan 60 persen dari jagung hybrida.
Rizal pun meminta agar Dinas Peternakan dan Pertanian untuk menjawab persoalan pakan ternak ayam di Mimika.
Senada dengan itu, Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Mimika, Sabelina Fitriani, pun mengakui bahwa harga pakan ayam memang menjadi keluhan para peternak karena terlalu mahal.
Kendati demikian, menurutnya jagung saja tidak cukup membuat produk pakan ayam. Pasalnya ada beberapa bahan pelengkap lainnya seperti tepung ikan dan dedak. Sedangkan jumlah pasokan dedak di Mimika sendiri terbatas.
“Dedak di sini ada, tapi jumlahnya masih sedikit. Makanya kita mengambil dari Merauke. Pakan pun tidak hanya dari jagung saja, tapi juga dibutuhkan tepung ikan dan lainnya,” jelasnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian, Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Perkebunan Mimika, Alice Wanma, mengungkapkan bahwa selama ini petani menjual jagung dengan harga Rp8 ribu.
Namun peternak, kata Alice, hanya mau membeli dengan harga Rp4000 sampai Rp5000 per kilo.
“Itu kan tidak mungkin, karena petani kan juga hitung pupuk, perawatannya. Apalagi kalau kebunnya luas, pasti perawatannya juga lebih,” katanya.
Namun Alice berjanji pihaknya kedepan akan terus berkolaborasi dengan Dinas Peternakan untuk menangani masalah petani dan peternak tersebut.
“Kami mungkin akan melakukan pertemuan secara intens untuk menyepakati harga tadi, mungkin antara Rp5000 sampai Rp8000 jadi ditengah-tengah itu, kita akan lihat seperti apa,” tuturnya.
Alice juga menyebutkan bahwa pihaknya akan menggunakan anggaran APBN guna membuka lahan seluas 500 hektar untuk ditanami jagung hibryda.
Ia menambahkan bibit untuk melakukan penanaman dilahan seluas 500 hektar tersebut akan diberikan oleh pihaknya.
“Semoga ini bisa menjadi satu solusi untuk menjawab persoalan mahalnya pakan ternak ini,” terangnya.
Selain membahas soal pakan ternak, dalam RDP juga membahas menyoal kandang ternak babi yang berada di perkotaan atau wilayah padat penduduk.
Dalam rapat tersebut, disebutkan jika peternak yang berada di wilayah padat penduduk atau perkotaan diharuskan memiliki septic tank atau penampungan kotoran yang sesuai dengan standar. Hal tersebut bertujuan agar tidak menganggu masyarakat sekitar.
Artikel ini telah tayang di seputarpapua.com
LINK SUMBER : Bahas Harga Pakan Ayam dan Kandang Ternak, Komisi B DPRD Mimika RDP dengan Dinas Terkait