SALAM PAPUA (TIMIKA) – Mantan Penjabat Bupati Mimika, Athanasius Allo Rafra merasa heran karena obat malaria darplex atau biasa disebut masyarakat dengan obat biru bisa kosong di Mimika.
Allo mengatakan hal itu tidak mungkin terjadi karena ia sangat berpengalaman dalam pengadaan obat tersebut.
“Sekarang mereka alasan stock obat di Cina habis, satu hal yang tidak mungkin. Dulu obat biru pertama kali masuk ke Indonesia saya yang masukan. Waktu itu Indonesia belum kenal obat itu, saya yang pesan langsung dari Cina tanpa izin dari Jakarta juga. Jadi tidak mungkin habis, saya tahu betul barang ini digunakan di seluruh Indonesia tidak mungkin habis di Cina. Saya pikir itu perlu ada perhatian. Jangan bilang lagi stock obat malaria habis,” tegas Allo kepada Salam Papua di Timika, Rabu (28/9/2022).
Ia menyebutkan obat malaria harus selalu tersedia, untuk itu pihak yang mengadakan obat ini harus memesan dalam jumlah yang banyak dan jangka waktu sekitar enam bulan. Pemesanan berikutnya jangan menunggu stock habis supaya obat malaria biru harus tetap ada.
“Orang sakit tidak mungkin dia tunggu pengadaan obat dulu jadi harus selalu tersedia. Pemesanan obat harus lancar karena APBD Mimika begitu banyak,” ungkapnya.
Ia pun mengkritisi penanganan masalah penyakit yang sepertinya tidak ada penyelesaiaanya terlebih penyakit yang cenderung diderita masyarakat lokal seperti kusta, TBC, Malaria, stunting dan ISPA yang sudah lama diderita masyarakat lokal.
“Dari tahun ke tahun ada ISPA, stunting, TBC, kusta macam-macam saya pikir barang-barang ini kita harus menyelesaikannya tidak bisa kita biarkan seperti itu,” kata dia.
Menurutnya, perlu ada perhatian serius dari pemerintah dalam mengatasi masalah ini. Apalagi didukung dengan anggaran yang besar, masalah seharusnya gampang diselesaikan.
Pemkab Mimika bisa mengadakan transportasi khusus yang digunakan para medis untuk melakukan pelayanan di kampung-kampung.
Ada anggaran yang cukup besar apa salahnya mereka punya transportasi ke distrik-distrik untuk turun ke kampung melihat hal ini. Kita tidak bisa mengharapkan masyarakat yang datang berobat ke ke Puskesmas atau rumah sakit jadi petugas kesehatan yang harus mendatangi mereka.
“Untuk pasien TBC awasi mereka minum obat selama enam bulan. Sebenarnya ini masalah yang tidak terlalu sulit karena kita punya anggaran yang besar Rp 5,3 Triliun. Jadi jangan kita cuma bicara di media tidak bisa menyelesaikan masalah. Setiap tahun kita ada pengangkatan para medis yang begitu banyak, tugaskan mereka. Uang jalan bukan dipakai ke Jakarta tapi pakai untuk pelayanan di kampung-kampung. Kasih tenaga medis honor yang cukup. Kalau satu dinas kelola sampai Rp 800 miliar apa tidak cukup. Saya pikir Mimika sudah 26 tahun tapi masalah-masalah itu tidak bisa atasi, Itu bagaimana? Untuk apa pemerintahan ada di sini?” keluh Allo.
Menurutnya pemerintahan ini ada untuk kepentingan masyarakat asli Papua terutama yang ada di pedalaman.
“Orang asli yang harus disejahterakan,” kata Allo yang juga pernah menjadi Anggota DPRD Mimika ini.
Wartawan: Yosefina
Editor: Jimmy
Sumber: SALAM PAPUA Read More